ASIATODAY.ID, NEW YORK – Banjir bandang menerjang Bangladesh hingga menewaskan puluhan orang dan juga berimbas pada lebih dari 2 juta orang di seantero negeri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, banjir tersebut bisa jadi adalah yang terburuk di Bangladesh sejak 1988.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan bahwa sekitar 56 ribu orang terdampak banjir telah mengungsi ke sejumlah tempat penampungan milik pemerintah.
“Saat ini 54 orang dilaporkan tewas,” kata Dujarric kepada awak media di New York.
“PBB beserta mitra-mitra kemanusiaan kami sedang membantu Pemerintah Bangladesh lewat penyaluran makanan, fasilitas penjernihan air, peralatan kebersihan, dan juga pasokan darurat,” jelasnya melansir ANI, Rabu (22/7/2020).
Dana Respons Darurat Pusat PBB telah menyalurkan dana sebesar USD5,2 juta (Rp76,5 miliar) untuk membantu kelompok paling rentan terdampak bencana di Bangladesh.
Dana bantuan yang disalurkan sejak 11 Juli itu memungkinkan mitra-mitra PBB untuk membantu masyarakat Bangladesh, termasuk lewat distribusi alat pelindung produk pertanian, peralatan kesehatan, dan juga bantuan uang tunai.
“Merespons banjir di Bangladesh kali ini cukup sulit karena terjadi saat negara tersebut tengah menghadapi pandemi covid-19 dan juga masih berusaha bangkit dari Siklon Amphan,” sebut Dujarric.
Amphan, yang menerjang Bangladesh pada Mei lalu, merupakan badai terkuat di Teluk Bengali.
Menurut catatan PBB, banjir parah di Bangladesh pada 1988 menewaskan sekitar 500 orang dan membuat lebih dari 25 juta kehilangan tempat tinggal. (ATN)
Discussion about this post