ASIATODAY.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengingatkan potensi peningkatan risiko resesi perekonomian global pada 2020 sebagai imbas semakin meluasnya pandemi coronavirus (Covid-19) di seluruh dunia. Kondisi ini akan berdampak pada perekonomian domestik Indonesia.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, peningkatan risiko resesi ekonomi global dipengaruhi oleh penurunan permintaan dan juga terganggunya proses produksi akibat terbatasnya mobilitas manusia sejalan dengan kebijakan mengurangi risiko penyebaran covid-19
“Sejalan dengan risiko ini, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan banyak negara di kawasan Eropa diperkirakan akan mengalami kontraksi pada 2020 meskipun berbagai kebijakan ultra-akomodatif dari kebijakan fiskal dan moneter telah ditempuh. Prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diprakirakan juga menurun,” terang Perry dalam telekonferensi di Jakarta, yang dimonitotor, Kamis (16/4/2020).
Perry menerangkan, risiko resesi ekonomi dunia terutama terjadi pada kuartal II dan III-2020. Ini sesuai dengan pola pandemi covid-19 yang diperkirakan akan kembali membaik mulai kuartal IV-2020.
“Pada 2021, pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat tinggi didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh di banyak negara, selain karena faktor base effect,” jelas Perry.
Sementara itu, kepanikan pasar keuangan dunia yang sempat meningkat tinggi pada Maret 2020 mulai berkurang pada April 2020. Ini didukung sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh di banyak negara.
Perry menjelaskan, penurunan ekonomi global dan penyebaran covid-19 di dalam negeri akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik yang diramal bakal merosot. Ekspor tahun ini juga diproyeksi mengalami penurunan akibat melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas global.
Sementara pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19 berdampak pada pendapatan masyarakat dan penurunan produksi sehingga menurunkan prospek permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat diprakirakan terutama terjadi pada kuartal II dan kuartal III-2020 sejalan dengan prospek kontraksi ekonomi global dan juga dampak ekonomi dari upaya pencegahan peyebaran covid-19,” papar Perry.
Perry menyebutkan perekonomian domestik bakal kembali membaik mulai kuartal IV-2020. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi tahun ini diprakirakan dapat menuju 2,3 persen dan akan meningkat lebih tinggi pada 2021.
“Selain dipengaruhi prospek perbaikan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional juga didorong berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah, Bank Indonesia, dan otoritas terkait,” tandas Perry. (ATN)
Discussion about this post