ASIATODAY.ID, JAKARTA – Provinsi Banten mulai dirancang untuk menjadi basis budidaya Ikan Patin di Indonesia.
Sebagai langkah awal, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) telah mengembangkan kampung budidaya ikan Patin Cisilad di Kabupaten Lebak, Banten. Program ini sebagai implementasi pembangunan kampung perikanan budidaya air tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.
“Kampung perikanan budidaya ini berjumlah 6 lokasi dan pada tahun 2022 lokasi kampung perikanan budidaya akan tersebar di 100 Kabupaten/Kota dengan total keseluruhan berjumlah 130 lokasi. Salah satu Kabupaten yang masuk radar nantinya sebagai kampung perikanan budidaya adalah Kabupaten Lebak,” ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (13/12/2021).
Kabupaten Lebak memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan budidaya karena lahan luas dan sumber air melimpah, pasar lokal maupun internasional masih terbuka, transportasi jalan tol, pelabuhan dan bandar udara mudah diakses dan tenaga kerja pun tersedia.
“Kondisi geografis maupun alamnya sudah memadai, tinggal pengembangannya. Dan untuk mengembangkan itu perlu melibatkan berbagai stakeholders serta bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga lainnya untuk mengawal program ini. Dukungan permodalan dan pemerintah setempat juga sangat dibutuhkan,” ujar Tebe.
Kampung Perikanan Budidaya Ikan Patin Cisilad diharapkan akan menjadi kontributor pada produksi ikan budidaya nasional, membawa dampak positif pada penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama para pembudidaya.
Sebelumnya, jumlah pembudidaya dan pekerja pada usaha budidaya patin ini sekitar 20 orang. Nantinya akan meningkat menjadi sekitar 1.200 orang, antara lain terlibat pada produksi benih dan pakan, pembesaran, pabrik es dan cold storage/processing dan bidang manajemen serta pendamping. Dengan demikian, budidaya ikan Patin di Kabupaten Lebak dapat menjadi sentra baru yang memberikan multiplier effect kepada berbagai pihak.
“Patin jenis ini mempunyai kelebihan bisa memangkas waktu pertumbuhan hingga dua kali lipat. Tidak hanya pertumbuhan cepat, Patin PUSTINA juga lebih kuat dibandingkan ikan patin umumnya,” tuturnya.
Untuk mendukung program itu, BPBAT Sungai Gelam telah menyediakan induk ikan patin PUSTINA sebanyak 515 ekor kepada Pokdakan Cilimus Sejahtera dengan harapan dapat mendukung target produksi 30 ton per hari. Target ini membutuhkan benih sebanyak 1,5 juta benih ukuran 3 inchi per bulan dengan pemeliharaan induk sesuai dalam hal pemenuhan nutrisi pakan dan lingkungan yang baik.
“Untuk mengawal program ini, BPBAT Sungai Gelam selain menyediakan induk ikan patin, juga hadir bersama Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi melakukan pendampingan teknis diantaranya teknologi pematangan gonad, pemilihan induk, penyuntikan dan penetasan sistem corong,” kata Kepala BPBAT Sungai Gelam, Boyun Handoyo.
Selain itu, terkait pembesaran ikan patin PUSTINA, BPBAT Sungai Gelam juga telah memberikan beberapa rekomendasi khususnya terkait segmentasi usaha bekerja sama dengan berbagai pihak.
Patin PUSTINA merupakan strain patin yang sudah dibuktikan melalui uji coba selama 3 generasi yang memiliki kelebihan terhadap pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit dan lingkungan jika dibandingkan strain yang ada di masyarakat saat ini. Dengan keunggulan tersebut tentu dapat meningkatkan produktivitas yang secara langsung berdampak kepada ekonomi pembudidaya ikan patin.
“Adanya induk unggul dan penggunaan inovasi teknologi, tentunya kita semua berharap geliat usaha pembudidayaan ikan patin PUSTINA di Lebak bisa meningkat dengan signifikan tentunya dengan bantuan segenap stakeholder terkait,” harap Boyun.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan produktivitas kampung budidaya ikan patin Cisilad di Kabupaten Lebak dinilai berhasil menggerakkan roda perekonomian masyarakat dan daerah. Karena produktivitasnya yang tinggi, Cisilad diproyeksikan menjadi kampung perikanan budidaya berskala besar, di mana aktivitas hulu dan hilirnya terintegrasi.
Untuk itu, harus diimbangi dengan pengembangan fasilitas, seperti pasar, pabrik pakan hingga pabrik es. (ATN)
Discussion about this post