ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan kunjungan kerja ke Frankfurt, Jerman, untuk menindaklanjuti rencana investasi BASF di bidang industri smelter atau fasilitas pemurnian nikel dan kobalt.
Produsen kimia terbesar di dunia itu akan menggandeng Eramet, perusahaan pertambangan asal Prancis, untuk melakukan kerja sama investasi kompleks pengolahan nikel-kobalt untuk keperluan pengembangan kendaraan listrik.
Proyek tersebut mencakup pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Base Metal Refinery (BMR).
“Kami akan dukung penuh rencana investasi BASF ini. Terkait perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kita akan kawal terus sampai beres, ” kata Bahlil dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (9/10/2021).
Bahlil menjelaskan rencana investasi BASF tersebut sejalan dengan fokus pemerintah Indonesia saat ini dalam mewujudkan hilirisasi industri.
Bahlil pun meminta investasi BASF tidak hanya berhenti pada industri pemurnian nikel, namun hingga produk akhir berupa komponen baterai listrik.
Pembangunan pabrik HPAL tersebut akan berlokasi di Halmahera Tengah, Maluku Utara, dengan kapasitas produksi sekitar 42.000 metrik ton nikel per tahun dan sekitar 5.000 metrik ton kobalt per tahun.
Anggota Board of Executive Director BASF, Markus Kamieth, menyampaikan apresiasi atas komitmen Kementerian Investasi dalam memfasilitasi rencana investasi BASF di Indonesia.
Terkait dengan rencana investasinya, Markus mengharapkan Kementerian Investasi/BKPM dapat mendorong kawasan industri independen dalam penyediaan listrik secara proporsional yang berasal dari energi terbarukan. (ATN)
Discussion about this post