ASIATODAY.ID, BEIJING – Bencana iklim kembali melanda negeri China. Setidaknya 16 orang tewas dan puluhan lainnya hilang setelah negeri itu diterjang banjir bandang.
Laporan AFP, Kamis (18/8/20022), hujan tiba-tiba memicu tanah longsor dan menyebabkan sungai berubah arah.
Penyiar CCTV melaporkan, banjir terjadi di daerah pegunungan di daerah Datong di provinsi Qinghai, dan memengaruhi lebih dari 6.200 orang dari enam desa.
“Pada siang hari tanggal 18 Agustus, 16 orang tewas dan 36 orang hilang,” tambah CCTV, seraya menyebut upaya penyelamatan sedang berlangsung.
Banjir datang selama musim panas dengan cuaca ekstrem di China, dengan beberapa kota mencatat hari-hari terpanas mereka.
Satu umpan video setelah kejadian yang diterbitkan oleh media pemerintah menunjukkan jalan-jalan tertutup lumpur, pohon-pohon tumbang, rumah-rumah yang rusak dan pekerja penyelamat membawa sekop.
Satu “markas garis depan” telah dibentuk untuk mengatur tanggap darurat, menurut laporan media pemerintah.
“Pekerjaan penyelamatan berlangsung dengan tertib,” kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa hujan deras yang tiba-tiba pada Rabu malam telah memicu situasi tersebut.
Para ilmuwan mengatakan cuaca ekstrem di seluruh dunia telah menjadi lebih sering karena perubahan iklim, dan kemungkinan akan tumbuh lebih intens saat suhu naik.
Banjir parah di China selatan pada bulan Juni membuat lebih dari setengah juta orang mengungsi dan menyebabkan kerusakan sekitar US$250 juta (Rp 3,6 triliun).
Pada Rabu, pihak berwenang China memperingatkan bahwa hujan lebat juga diperkirakan akan melanda wilayah utara negara itu termasuk ibu kota Beijing dan wwilayah tetangganya Tianjin dan Hebei.
Awal pekan ini, Presiden Xi Jinping meminta para pejabat di provinsi Liaoning timur laut untuk memastikan keselamatan nyawa orang-orang dalam pengendalian banjir.
Sementara itu, jutaan orang di China barat daya menghadapi pemadaman listrik bergilir setelah gelombang panas yang menghancurkan menyebabkan krisis pasokan listrik yang memaksa pabrik-pabrik berhenti bekerja.
Provinsi Sichuan sangat bergantung pada bendungan untuk menghasilkan listriknya tetapi panasnya telah menyebabkan waduk mengering, dan memperburuk kekurangan energi.
“Volume air di sungai-sungai besar Sichuan telah turun antara 20 persen dan 50 persen tanpa adanya hujan, menghantam pembangkit listrik tenaga air,” lapor kantor berita negara Xinhua pada Rabu, mengutip pejabat energi provinsi. (ATN)
Discussion about this post