ASIATODAY.ID, BUSAN – Para Ilmuwan Indonesia yang tinggal di Busan, Korea Selatan menawarkan tiga gagasan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sela-sela kunjungannya menghadiri KTT Republik of Korea (ROK)-ASEAN. Salah satunya, pendirian Universitas Riset Indonesia.
Gregorius Rionugroho Harvianto, salah satu ilmuwan yang hadir dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan 22 Ilmuwan Indonesia di Busan menyampaikan, tiga gagasan untuk pembenahan riset dan inovasi di Indonesia.
Pertama, usulan pembentukan Universitas Riset Indonesia dengan mencontoh Korea Selatan ada University of Science Technology (UST) yang berfokus merekrut lulusan S1 untuk kemudian ditempatkan di lembaga-lembaga riset.
Gregorius memandang, Indonesia membutuhkan Universitas Riset karena adanya kebutuhan untuk menambah jumlah peneliti Indonesia dalam waktu relatif singkat. UST menghasilkan lulusan dengan impact factor yang besar. Setiap lulusan menghasilkan dua paten dan dua paper.
“Dana LPDP cukup besar, justru lebih baik dananya diputar di dalam negeri, untuk riset di dalam negerinya dibandingkan ke luar negeri,” jelasnya di sela-sela pertemuan Presiden Jokowi dengan 22 ilmuwan dan peneliti Indonesia di Hotel Lotte, Busan, Korea Selatan, Senin, 25 November 2019.
Selain itu, ia juga mengusulkan perlunya percepatan riset dan inovasi di industri, bukan hanya di lingkungan kampus.
Ketiga, ia mengusulkan revolusi konsep triple helix untuk sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
Presiden Joko Widodo merespon positif tawaran itu. Menurut Jokowi, apa yang disampaikan para peneliti tersebut merupakan masukan-masukan segar yang bisa menginspirasi pemerintah dalam mengembangkan rumah besar riset Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional.
“Ini memang baru awal karena memang mimpi kita semua yang namanya balai penelitian, lembaga-lembaga penelitian dan riset kita, semuanya masuk ke dalam rumah besar itu. Karena sekarang kan berdiri sendiri-sendiri,” kata Presiden.
Meskipun anggaran riset Indonesia belum sebanyak Korea Selatan yang mencapai 4,62 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-nya, tapi menurut Kepala Negara, anggaran riset Indonesia sudah banyak secara nominal. Anggaran tersebut tersebar di beberapa kementerian dan lembaga.
“Saya lihat kementerian ada Rp800 miliar, ada Rp700 miliar, setelah saya gabungkan semuanya angkanya itu Rp26 triliun. Menurut saya itu angka gede banget, meskipun belum segede 4,62 persen dari GDP,” jelasnya.
Tapi kalau yang Rp26 triliun ini sudah benar, kata Jokowi, jalannya sudah benar, hasilnya juga ada.
“Yang saya tagih hasilnya. Kalau benar sudah berhasil, sudah bagus, dan betul-betul bermanfaat untuk rakyat, untuk industri, untuk desa, untuk petani, nelayan, ya baru. Kita memang belum masuk ke sana,” tambahnya.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut, antara lain, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi. (AT Network)
Discussion about this post