ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang melimpah. Kekayaan ini harus dikelola secara berkelanjutan untuk memperkuat kemandirian bangsa agar tidak hilang sia-sia.
Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) Prof Amarila Malik menyatakan Indonesia sebagai negara megabiodiversity, negara dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia, harus mampu untuk mencapai kemandirian obat buatan dalam negeri dengan memanfaatkan sumber alami.
Menurut Amarila, Indonesia bisa memenuhi komponen produk farmasi yang dibutuhkan saat ini seperti bahan aktif obat, seperti eksipien, reagens, enzim, sistem ekspresi, dan system assays.
“Untuk memenuhi ketersediaan bahan baku tersebut, rangkaian proses yang perlu dilakukan melalui tiga tahap, yaitu mandiri bahan baku, mandiri research and development, dan mandiri produksi,” kata Amarila dikutip dari siaran pers UI, Minggu (28/3/2021).
Amarila telah menyampaikan paparannya berjudul “Biodiscovery, Biotechnology, Dan Bioproduction Farma Untuk Kedaulatan Obat Asli Indonesia” dalam webinar Majelis Wali Amanat (MWA) UI Seri 2, Kamis (25/3/2021) lalu.
Dikatakan, terdapat beberapa upaya mandiri produksi obat di Indonesia, diantaranya adalah pembangunan infrastruktur industri bahan baku dalam negeri, mendorong berdirinya pabrik bahan baku, menggiatkan riset bahan baku dan fasilitas pilot scale secara sistematis dan berkelanjutan, serta penetapan paket-paket kebijakan ekonomi untuk mendorong pembangunan industri farma atau bahan baku.
Menurut Amarila, dalam rangka menemukan potensi bahan obat maka dilakukan serangkaian proses mulai dari pengolahan biodiversitas meliputi tumbuhan, lingkungan, mikroba sampai sumber DNA (deoxyribonucleic acid), yang melibatkan bioteknologi sehingga dapat memperluas keragaman bahan obat dan mendukung kemampuan produksi bahan obat di Indonesia.
“Sebagai contoh, negara adidaya produsen dan pengekspor bahan alami untuk obat, aromatika, rempah-rempah, adalah Republik Rakyat China yang mendiversifikasi bahan obat alaminya secara luas mencakup algae, bakteri, jamur kapang, dan lumut-lumutan,” kata Amarila.
Bioteknologi merupakan teknologi terhadap suatu organisme untuk menghasilkan produk-produk yang penting dan bermanfaat bagi masyarakat yaitu berupa protein, peptide, enzim, asam nukleat, dan vitamin. Dalam dekade terakhir ini, ditemukan fakta bahwa total penjualan produk biotek-farma terus meningkat pesat di dunia.
Indikasi senyawa biotek-farma bertujuan pada pengobatan dan preventif bagi penyakit-penyakit yang sulit diobati. Pengobatan masa kini berupa pengobatan regeneratif, kultur jaringan-organ, dan genetika.
Sementara itu, secara terpisah Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Arif Satria mengungkapkan saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan lingkungan kedepan dan komitmen global untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Hal ini dikarenakan Indonesia mengalami penurunan atau adanya degradasi kualitas lingkungan hidup.
Arif Satria mengatakan, komitmen kepedulian lingkungan harus dicapai pada 2030 dan Indonesia merupakan bagian yang harus terus konsisten mewujudkan langkah-langkah untuk mencapai target tersebut.
“Hari ini kita masih dihadapkan pada tantangan besar terkait isu Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan, utamanya deplesi SDA dan degradasi kualitas lingkungan hidup,” katanya saat memberikan sambutan penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) kepada TNI Doni Monardo di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/3/2021).
Menurutnya, bila dilihat tutupan hutan berkurang dari 50 persen (93,4 juta ha) hingga tinggal 46 persen (86,5 juta ha) dari total lahan Indonesia 188 juta ha pada 2045.
Begitu juga dengan kelangkaan air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara meningkat hingga 2030. Proporsi luas wilayah krisis air meningkat dari 6 persen di tahun 2000 menjadi 9,6 persen pada 2045. Kualitas air diperkirakan juga menurun signifikan.
Luas habitat ideal, satwa langkah terancam punah di empat pulau besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi) berkurang dari 80,3 persen di tahun 2000 menjadi 49,7 persen pada 2045.
Dengan tingginya risiko bencana, World Risk Report pada 2016 mencatat Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan tingkat risiko bencana yang tinggi. Bahkan Kementerian Keuangan mencatat kerugian rata-rata mencapai angka Rp20 triliun rupiah tiap tahunnya.
“Kita juga dihadapkan pada kualitas air sungai di Indonesia yang tahun 2016-2018 di Indonesia sudah mengalami perbaikan. Hal ini perlu ditingkatkan agar indeksnya benar-benar terus meningkat karena kita juga dihadapkan pada luas lahan berhutan Indonesia 2011-2018 yang semakin lama semakin menurun,” paparnya.
Arif memandang, kemajuan bangsa bukan karena melimpahnya sumber daya alam, namun karena kemampuan mengelola sumber daya alam tersebut. Oleh karena itu, tidak ada cara lain, masyarakat dituntut untuk menegakkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan SDA dan lingkungan sehingga mencapai kedaultan pangan, energi dan kesehatan.
Indonesia saat ini adalah negara megabiodiversitas. Dari 40.000 jenis flora yang ada dunia, sebanyak 30.000 jenis dijumpai di Indonesia. Kemudian, 940 jenis di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional secara turun temurun oleh berbagai etnis di Indonesia.
“Mengingat pandemi Covid-19 saat ini terasa sekali kita dituntut kemandirian dalam obat-obatan. Kalau kita ingin maju dalam kedaulatan dan kemandirian kesehatan kita harus melirik Indonesia sebagai negara megabiodiversitas. Ini menjadi sebuah fakta yang penting agar benar-benar bisa mengelola alam, lingkungan ini dengan baik agar bisa wujudkan kedaulatan pangan, energi dan kesehatan,” paparnya.
SDA juga punya peran besar dalam proses perdamaian. Ini adalah kerangka toritik yang bisa menjelaskan hubungan SDA-lingkungan dan proses perdamaian bahwa proses goverment yang baik dalam pengelolaan lingkungan dan SDA akan mampu meredakan konflik.
“Untuk itu diperlukan adanya kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, LSM, masyarakat dan industri. Kita juga perlu lakukan pemulihan keanekaragaman hayati, spesies dan ekosistem serta membangun penegakan hukum dan advokasi kebijakan. Semua itu bisa dilakukan kalau kita perkuat environmental leadership (kepemimpinan lingkungan),” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post