ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan penyebab menurunnya kualitas udara Jakarta yang menjadi sorotan belakangan ini.
Menurut Kepala Bidang Desiminasi Informasi Iklim & Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi turunnya kualitas udara Jakarta, mulai dari polusi kendaraan, pembangunan dan musim kemarau.
Dijelaskan Hary, kondisi udara yang tidak cerah akibat dari hasil reaksi kimia antara udara dengan kontaminan. Peningkatan konsentrasi partikel polutan PM10 (particullate matter) dan PM2.5 menurutnya meningkat sepanjang Juni hingga awal Juli, terutama dalam 20 hari terakhir. Hal ini mengindikasikan peningkatan partikel polutan.
Partikel PM10 (particulate matter) punya diameter kurang dari 10 mikrometer dan PM2,5 berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer. Partikel-partikel tersebut diyakini oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran pernapasan, karena partikel padat PM10 dan PM2,5 dapat mengendap pada saluran pernapasan, seperti dikutip dari laporan IPB.
Kondisi ini selain berdampak negatif pada kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.
“Nilai konsentrasi tertinggi mencapai 190 mikrogram/m3 pada jam-jam tertentu. Untuk Jakarta, konsentrasi partikel polutan memiliki variasi harian pada jam-jam tertentu mencapai nilai konsentrasi tinggi,” terang Hary, Selasa (16/7/2019).
Menurutnya, pada jam-jam sibuk di pagi hari nilai konsentrasi partikel PM10 tinggi lantaran beban transportasi. Sementara konsentrasi partikel PM2.5 akan menurun jelang tengah hari. (AT)
Discussion about this post