ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengumumkan daftar 23 obat sirup yang aman dari zat Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
23 obat sirop tersebut dinilai aman setelah BPOM melakukan uji sampel terhadap 102 obat sirup yang ditemukan pada sejumlah rumah pasien gagal ginjal akut.
Menurut Kepala BPOM Republik Indonesia, Penny K. Lukito, pihaknya telah melakukan pengujian sampel berbasis resiko. Dari sekian banyak merk obat sirup yang beredar di pasaran, BPOM berusaha menguji sampel obat sirup yang dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal akut selama berada di rumah sakit, fasilitas kesehatan, atau di rumah.
“Dari 102 obat, ada 4 produk yang tidak menggunakan empat pelarut tersebut, termasuk polietilen glikol, ada 23 produk yang aman,” jelas Penny.
Berikut daftar produk yang tidak nengandung cemaran EG atau DEG:
1. Alerfed Syrup (Guardian Pharmatama)
2. Amoxan (Sanbe farma)
3. Amoxicilin (Mersifarma TM)
4. Azithromycin Syrup (Natura/Quantum Labs)
5. Cazetin (Ifras Pharmaceutical Laboratories)
6. Cefacef Syrup (Caprifarmindo Labs)
7. Cefspan syrup (Kalbe Farma)
8. Cetirizin (Novapharin)
9. Devosix drop 15 ml (Ifras Pharmaceutical Laboratories)
10. Domperidon Sirup (Afi Farma)
11. Etamox syrup (Errita Pharma)
12. Interzinc (Interbat)
13. Nytex (Pharos)
14. Omemox (Mutiara Mukti Farma)
15. Rhinos Neo drop (Dexa Medica)
16. Vestein (Erdostein) (Kalbe)
17. Yusimox (Ifras Pharmaceutical Laboratories)
18. Zinc Syrup (Afi Farma)
19. Zincpro syrup (Hexpharm Jaya)
20. Zibramax (Guardian Pharmatama)
21. Renalyte (Pratapa Nirmala)
22. Amoksisilin (-)
23. Eritromisin (-)
Dari keseimpulan sementara, BPOM menduga temuan obat sirup yang mengandung cemaran EG dan DEG dapat disebabkan oleh perubahan sumber bahan baku yang digunakan oleh produsen, rantai pasok bahan baku yang didapat dari sumber berisiko, dan produksi obat yang dilakukan oleh produsen dengan rekam jejak kepatuhan minimal dalam aspek mutu.
“Namun dugaan ini masih harus dilanjutkan dengan investigasi yang mendalam guna menentukan penyebab utama terkandungnya cemaran EG dan DEG,” jelas Penny.
Penny menegaskan hasil pengujian sampel ini tidak sepenuhnya mendukung hubungan sebab-akibat antara penggunaan obat sirop dan gangguan ginjal akut.
Menurut Penny, untuk menentukan penyebab dari penyakit gangguan ginjal akut, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut untuk mengeliminasi sejumlah faktor lain seperti infeksi virus, bakteri, atau sindrom peradangan pasca Covid-19. (ATN)
Discussion about this post