ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan tambang Indonesia, PT Bukit Asam Tbk berencana merevisi target kinerja baik produksi dan penjualan pada 2020. Langkah ini menyusul dampak coronavirus (covid-19) yang telah melemahkan serapan batu bara baik ekspor maupun domestik.
“Kami lihat triwulan I-2020 penjualan harga batu bara turun sampai 30 persen, kami sekarang lagi mempelajari untuk melihat kemungkinan revisi target biar lebih realistis,” terang Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin saat memaparkan kinerja triwulan I secara virtual, Senin (4/5/2020).
Menurut Arviyan, pandemi covid-19 yang terjadi sejak 2019 hingga periode triwulan I-2020 belum memberikan dampak yang signifikan bagi PTBA. Namun memasuki periode triwulan II, semakin meluasnya penyebaran covid-19 mulai dirasakan oleh perseroan yang terindikasi dari berkurangnya permintaan pasokan batu bara.
“PTBA saat ini sedang mempersiapkan revisi target dan racikan strategi yang tepat guna mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang diprediksi akan terjadi ke depan,” paparnya.
Meski belum bisa memaparkan berapa angka revisi yang akan diputuskan, Arviyan menuturkan revisi target tersebut bakal dilakukan untuk menghadapi skenario terburuk covid-19. Ia menegaskan rencana revisi bisa kemudian dibatalkan apabila Juli 2020 penanganan darurat covid-19 di Tanah Air dinyatakan selesai.
“Kami masih pelajari revisi target, berapa angkanya masih dalam kajian dan mudah-mudahan bisa berakhir Juli 2020 sehingga tidak perlu merevisi target produksi dan penjualan kami, itu kondisi terbaik. Kalau kondisi terburuk kita harus realistis dengan skenario terburuk,” urainya.
Adapun penjualan batu bara PTBA sepanjang triwulan I-2020 masih mengalami peningkatan sebesar 2,1 persen atau naik dari 6,6 juta ton menjadi 6,8 juta ton bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Volume produksi mengalami sedikit kontraksi sekitar 2,8 persen yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi khususnya pada awal tahun.
Sementara itu untuk angkutan batu bara dengan menggunakan kereta api mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari 5,8 juta ton menjadi 6,5 juta ton.
Menurut Arviyan, pencapaian buah dari efisiensi dan mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan sejumlah negara Asia lainnya, di tengah fluktuasi harga batu bara acuan (HBA).
“Strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market juga menyokong pencapaian ini,” ujarnya.
Laba bersih kuartal I-2020 PTBA mencatatkan angka sebesar Rp903,25 miliar. Nilai tersebut turun 21 persen dari capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1,13 triliun. Berdasarkan laporan keuangan Kamis, 30 April 2020 penurunan laba perseroan seiring dengan penurunan pendapatan yang diperoleh perusahaan pada tiga bulan pertama 2020.
Tercatat, pada kuartal I-2020 emiten berkode PTBA ini hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp5,12 triliun, turun tipis dari capaian kuartal I-2019 yang senilai Rp5,33 triliun. Selain itu, laba PTBA juga tertekan karena meningkatnya beban pokok pendapatan dari Rp3,56 triliun menjadi Rp3,59 triliun.
Selain itu, perusahaan juga mencatat peningkatan pos beban lainnya seperti pada pos beban umum administrasi dan beban biaya keuangan. Masing-masing pos beban tersebut menjadi Rp418,67 miliar dan Rp35,93 miliar. Sedangkan untuk beban penjualan dan pemasaran perusahaan mampu menekan menjadi Rp164,32 miliar.
Dari capaian tersebut, nilai laba per saham juga tergerus menjadi Rp81 per saham dari sebelumnya Rp110 per saham. Hingga 31 Maret 2020, total aset perusahaan sebesar Rp27,72 triliun, terdiri dari liabilitas dan ekuitas masing-masing sebesar Rp7,80 triliun dan Rp19,92 triliun. Sedangkan kas dan setara kas Rp7,50 triliun. (ATN)
Discussion about this post