ASIATODAY.ID, JAKARTA – Langkah maskapai maskapai Cathay Pacific memangkas 5.900 karyawannya turut berimbas ke industri properti di Hong Kong.
Pasalnya, kebijakan maskapai itu akan semakin meningkatkan jumlah penduduk yang menganggur di Hong Kong, yang naik ke level tertinggi hampir 16 tahun menjadi 6,4 persen pada kuartal ketiga, sebagai dampak pandemi Covid-19.
Tingkat pengangguran naik 0,3 poin persen dalam 3 bulan hingga September, sehingga jumlah total orang yang kehilangan pekerjaan mencapai 259.800.
Menurut penelitian konsultan properti Knight Frank, terdapat korelasi terbalik yang kuat antara pengangguran dan harga rumah di Hong Kong.
“Lonjakan tingkat pengangguran biasanya menyebabkan jatuhnya harga rumah 1 atau 2 bulan kemudian,” kata Martin Wong, Direktur Asosiasi, Penelitian dan Konsultasi Greater China di Knight Frank, dikutip dari Bangkok Post, Senin (26/10/2020).
“Dengan logika ini, kemungkinan harga rumah turun pada kuartal keempat. Untuk rumah sewa, karena sudah lebih banyak pasokan yang tersedia di pasar, terutama untuk hunian massal, juga akan mengalami penurunan harga sewa,” jelasnya.
Konsultan properti itu memperkirakan harga rumah turun 3 persen hingga 5 persen. Sewa di lokasi seperti Tung Chung dan Tsing Yi, dimana banyak karyawan Cathay tinggal, bakal menurun 5 persen hingga 10 persen.
Indeks harga rumah resmi Hong Kong telah merosot 3,6 persen dari 394,8 pada puncaknya pada Juli 2018 hingga Agustus tahun ini. Harga properti residensial di pasar sekunder turun 1,1 persen pada Agustus, terbesar dalam 6 bulan.
Pada periode sebelumnya ketika tingkat pengangguran Hong Kong melonjak, terutama selama krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an, wabah SARS pada 2003, dan krisis keuangan global yang dimulai pada 2008, Knight Frank menemukan bahwa “harga perumahan massal berkorelasi negatif kuat dengan pengangguran di ketiga periode itu”. (ATN)
Discussion about this post