ASIATODAY.ID, JAKARTA – China dan Indonesia sepakat untuk memperdalam sinergi strategis serta mempromosikan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi. Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Qin Gang pada Rabu (22/2) usai pertemuan Komisi Bersama untuk Kerja Sama Bilateral (Joint Commission on Bilateral Cooperation/JCBC) antara kedua negara.
Qin mengatakan kepada para wartawan usai memimpin pertemuan tersebut bersama dengan Menlu Republik Indonesia Retno Marsudi bahwa China dan Indonesia telah menyelaraskan strategi pembangunan mereka, bersama-sama mengatasi berbagai risiko dan tantangan, dan terus memperdalam pola baru kerja sama “four-wheel drive” yaitu bidang politik, ekonomi, humaniora, dan maritim, memberi contoh negara-negara berkembang yang merangkul masa depan bersama, mengejar kekuatan melalui persatuan, serta mengupayakan solidaritas dan kerja sama.
Kedua belah pihak akan menjunjung tinggi peran utama para kepala negara, mempererat kontak tingkat tinggi, mengonsolidasikan rasa saling percaya strategis, memperkuat kerja sama pertahanan, meningkatkan koordinasi kebijakan politik dan keamanan, serta menawarkan dukungan kuat untuk isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan inti dan keprihatinan utama satu sama lain, sehingga dapat mempromosikan komunitas China-Indonesia dengan masa depan bersama secara mendalam dan substantif.
“Kedua negara akan memperdalam sinergi strategis mereka, mempercepat pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dan proyek-proyek unggulan lainnya dari Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), dan memastikan penyelesaian atau peresmiannya sesuai jadwal,” kata Qin.
Kedua negara juga akan terus mempromosikan pembangunan proyek-proyek utama termasuk Koridor Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Corridor/RCEC) dan “Dua Negara, Taman Kembar” (Two Countries, Twin Parks) untuk menciptakan tolok ukur baru bagi pembangunan bersama BRI yang berkualitas tinggi, imbuhnya.
Kedua belah pihak siap untuk meningkatkan kerja sama mereka di bidang perdagangan dan investasi ke tingkat yang lebih tinggi.
China, yang merupakan mitra dagang terbesar dalam satu dekade sekaligus sumber investasi asing terbesar kedua bagi Indonesia, bersedia untuk lebih lanjut memperluas impor komoditas serta produk pertanian dan akuakultur berkualitas dari Indonesia, kata menlu China tersebut.
Qin menambahkan bahwa China akan mendorong perusahaan-perusahaannya untuk berinvestasi di Indonesia, memperluas kerja sama di berbagai bidang mulai dari infrastruktur, pembangunan hijau, hingga ekonomi digital dan perawatan kesehatan, menyoroti kerja sama kelautan dan mempercepat dimulainya kembali kerja sama akuakultur.
Kedua belah pihak akan memperkuat kerja sama di bidang pariwisata, pendidikan, budaya, pemuda dan olahraga, serta meningkatkan pertukaran budaya dan antarmasyarakat, kata Qin, menambahkan dirinya percaya bahwa dengan meningkatnya penerbangan langsung, kedatangan pengunjung China di Indonesia akan berlanjut dan bahkan melampaui level prapandemi COVID-19.
“Kedua belah pihak akan tetap berkomitmen pada kolaborasi mereka sebagai negara-negara besar, terus mendorong keselarasan dan kerja sama antara BRI dan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific/AOIP), serta membina rumah yang damai, aman dan terjamin, sejahtera, indah, dan bersahabat di kawasan ini,” kata Qin.
Kedua negara, bersama dengan anggota ASEAN lainnya, akan secara penuh dan efektif melaksanakan Deklarasi Perilaku Para Pihak (Declaration on the Conduct of Parties/DOC) di Laut China Selatan, mempercepat negosiasi Kode Etik (Code of Conduct/COC) di Laut China Selatan, serta bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas di sana, katanya.
Kedua belah pihak akan meningkatkan kerja sama dalam Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI) dan Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI), memperdalam komunikasi dan kolaborasi di bawah kerangka kerja multilateral termasuk Kelompok 20 (G20) dan BRICS, serta bersama-sama menjamin dan mempraktikkan multilateralisme riil, demikian ungkap Qin. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post