ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia sedang mempersiapkan langkah-langkah mengamankan rantai pasok.
Hal itu seiring dengan melesunya perekonomian di China, sebagai mitra dagang utama Indonesia.
Pasalnya, ketika awal pandemi Covid-19 dua tahun lalu, rantai pasok global yang sangat bergantung pada China langsung terpukul hebat, dan ini juga mengakibatkan kenaikan harga komoditas yang sangat tinggi.
“Yang paling penting adalah critical mineral, termasuk untuk memproduksi baterai berbasis nikel. Ke depan, (critical mineral) tidak hanya untuk mobilitas, tapi juga untuk energi terbarukan yang nantinya akan mengandalkan pada ketersediaan baterai, dan itu akan jadi kekuatan utama Indonesia,” jelas Menko Airlangga, dikutip dari siaran Ekon, Selasa (11/7/2023).
Dikarenakan terjadinya disrupsi rantai pasok di China, maka negara produsen besar yang mencari negara lain untuk memproduksi critical mineral atau critical parts untuk rantai pasok tersebut.
Misalnya, untuk produksi semikonduktor di mana Indonesia adalah salah satu negara yang dilirik untuk pembangunan pabriknya.
“Ini yang didorong Pemerintah untuk memberikan iklim yang lebih sehat kepada Kawasan Industri, Kawasan Ekonomi Khusus, ataupun Zona Perdagangan Bebas. Ini tentu disiapkan untuk menjadi basis rantai pasok global. Ini untuk menarik rantai pasok yang tadinya ada di China ke Indonesia,” tutur Menko Airlangga
Menurut Menko Airlangga, Pemerintah mendorong industri nasional semakin terbuka, karena proyeksinya jangka panjang atau lebih dari 10 tahun ke depan.
Indonesia sudah menunjukkan resiliensi dari sektor industri, misalnya industri elektronik dan juga otomotif. Pada tahun lalu, industri otomotif sudah mengekspor kendaraan mendekati 400 ribu unit ke lebih dari 80 negara.
“Tinggal kita bangun satu lagi agar menjadi basis produksi EV. Alhamdulillah, mereka semua (investor) optimis atas investasi yang dibangun di Indonesia. Ini membuktikan bahwa basis produksi di Indonesia adalah cost competitive, karena kita punya biaya energi atau listrik yang efisien, termasuk juga biaya gas, karena itu jadi bagian dari daya saing industri kita (dibandingkan yang lain),” pungkas Menko Airlangga. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post