• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

China Kuasai 95 Persen Rare Earth Global, Bahan Baku Pembuatan Jet Tempur

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
April 6, 2021
in Business
3 min read
0
China Kuasai 95 Persen Rare Earth Global, Bahan Baku Pembuatan Jet Tempur

Aktivitas penambangan mineral di China. Dok

2.4k
SHARES
2.4k
VIEWS
64 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, LONDON – China kian dikhawatirkan menjadi kekuatan dunia lantaran menguasai 95 persen Rare Earth atau logam tanah jarang secara global.

Kekhawatiran itu datang dari para pakar keamanan Inggris. Pasalnya, rare earth  yang kerap dijuluki sebagai “emas industri” sangat penting untuk produksi jet tempur—termasuk F-35—, ponsel pintar hingga mobil listrik.

Surat kabar The Times yang berbasis di London melaporkan, di tengah persaingan global yang semakin kompetitif untuk mengamankan elemen rare earth, para pakar keamanan telah memperingatkan bahwa ketergantungan pada China dapat semakin merusak keamanan Inggris.

RelatedPosts

Kota-kota di Asia Kini Paling Mahal di Dunia

Indonesia Berambisi Jadi Lumbung Pangan Dunia

Peluang Ekspor Indonesia Terbuka Lebar  ke Wilayah Amerika dan Eropa

Investasi Rp33 Triliun, LG dan GM Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik di AS 

Rivalitas AS-China Masih Tajam, Indonesia Bidik Ekspor ke Afrika

China saat ini menyumbang lebih dari 95 persen produksi logam rare earth di dunia, di mana badan-badan keamanan Inggris meningkatkan kekhawatiran bahwa di tengah meningkatnya persaingan untuk sumber daya alam yang langka, Beijing mungkin menggunakan pengaruh yang dimilikinya dalam industri sebagai “senjata” dalam perselisihan.

“Risikonya adalah bahwa China menggunakan posisinya dalam rantai pasokan untuk menekan ekonomi lain, dan bahwa Inggris tidak memiliki alternatif yang dapat diandalkan,” kata Chris Williams, direktur pelaksana UK Seabed Resources, dilansir Selasa (6/4/2021).

Mayoritas unsur rare earth, juga dijuluki “emas industri” karena aplikasinya yang beragam dalam industri pertahanan dan teknologi, relatif berlimpah di kerak bumi.

Namun, proses penambangan kelompok 17 logam yang terbentuk di bawah permukaan bumi dan mengubahnya menjadi bahan yang dapat digunakan itu mahal.

Kelompok rare earth, termasuk cerium, neodymium, terbium, dan erbium, sulit ditambang karena tidak ditemukan dalam jumlah besar layaknya mineral lain seperti emas.

Menurut para ahli keamanan, elemen rare earth yang digunakan oleh industri Inggris telah diproses di China, sehingga betapa rentannya terhadap rantai pasokan keamanan dan ekonomi Inggris secara keseluruhan.

Dalam tinjauan terintegrasi kebijakan luar negeri dan pertahanan Inggris, yang diterbitkan pada 16 Maret, ketergantungan pada logam rare earth dipilih sebagai masalah keamanan, dengan penekanan dibuat pada pentingnya diversifikasi pasokan untuk menjaga perdagangan barang-barang penting tetap terbuka pada saat krisis.

Untuk meningkatkan kemandiriannya terkait pasokan mineral rare earth, pemerintah Inggris mendanai proyek penambangan laut dalam di Pasifik.

Dioperasikan oleh UK Seabed Resources, anak perusahaan divisi Inggris di perusahaan pertahanan Lockheed Martin, proyek ini bertujuan untuk mempelajari potensi pemanenan nodul polimetalik yang kaya mineral.

Ditemukan sekitar 4 kilometer di bawah permukaan dasar laut, mereka dapat menyediakan jutaan ton tembaga, nikel, kobalt, serta mineral mangan dan rare earth yang digunakan dalam industri konstruksi, ruang angkasa, energi alternatif, dan komunikasi.

“Rekayasa baru diperlukan di setiap area rantai nilai. Mekanika mengangkat nodul dari dasar laut, sistem penggerak, sensor dan rangkaian komando dan kontrol, serta ROV tambahan yang akan memantau aktivitas tersebut dan memberikan dukungan,” kata Christopher Williams, pakar dari UK Seabed Resources.

Karena cadangan deposit mineral ditemukan di sedimen di dasar Pasifik, proyek serupa dilakukan oleh negara-negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, Belgia, Jerman, dan Prancis.

Ketika Inggris mempublikasikan tinjauan terintegrasi tentang kebijakan luar negeri, pertahanan dan keamanan pasca-Brexit berjudul “Global Britain in a Competitive Age”, Inggris menjabarkan visi pemerintah untuk peran bangsa di kancah global selama dekade berikutnya.

Telah digarisbawahi bahwa ketika negara Eropa itu berusaha untuk menunjukkan kemampuan ofensif dan defensifnya, investasi semakin disalurkan ke kecerdasan buatan dan “komando luar angkasa” untuk menangkal ancaman yang muncul.

Pasar Rare Earth

Pasar logam rare earth semakin menguntungkan, di mana Global Market Insights memperkirakan akan bernilai USD20 miliar pada tahun 2024.

Pada tahun 2020, tambang China menghasilkan 110.000 ton rare earth, yang merupakan lebih dari 55 persen dari total hasil penambangan global. Data ini dipaparkan David Merriman, seorang ahli rare earth di Roskill.

Rare earth digunakan sebagai magnet untuk speaker dan hard drive di ponsel, televisi, dan komputer.

Setiap iPhone Apple mengandalkan beberapa elemen rare earth. Misalnya, neodymium digunakan untuk membuat magnet kecil namun kuat yang memungkinkan speaker iPhone berfungsi.

Lebih dari 90 persen kendaraan hibrida dan listrik, seperti yang diproduksi oleh Ford dan Tesla, menggunakan magnet rare earth di motor dan sistem pengeremannya.

Unsur rare earth merupakan komponen vital dalam produksi turbin angin, panel surya, kabel serat optik, dan sistem pemandu senjata. (ATN)

Tags: ChinaMinerbaRare Earth Element
Previous Post

Pemimpin ASEAN akan Bertemu di Jakarta Bahas Resolusi Krisis Myanmar

Next Post

Perang Dagang Australia-China Memanas, HBA April Naik ke USD86,68/Ton

Related Posts

Cegah Resesi Akibat Perang Dagang, Bank Sentral China Reformasi Suku Bunga
Business

China, Negara Pertama di Dunia yang Terbitkan Mata Uang Yuan Digital

April 12, 2021
Fantastis, Alibaba Bukukan Rp429 Triliun di Single Day
News

Pemerintah China Denda Alibaba Rp40 Trilun

April 12, 2021
Potensi Menjanjikan, Hilirisasi Tambang Timah di Indonesia Masih Rendah
Business

Indonesia Bentuk Satgas Ekspor Rare Earth, Mineral Ikutan Bijih Timah

April 11, 2021
UNCTAD: Perdagangan Global Mulai Recovery, Namun Belum Merata
Business

IMF Proyeksi China Jadi Penggerak Ekonomi Dunia Pascapandemi

April 7, 2021
Langkah Senyap China, Bangun Kapal Selam Bersenjata Nuklir Terbesar di Dunia
News

Langkah Senyap China, Bangun Kapal Selam Bersenjata Nuklir Terbesar di Dunia

April 7, 2021
Diplomasi Menlu Malaysia Sebut Menlu China “Saudara Tua”, Dikecam Publik
News

Diplomasi Menlu Malaysia Sebut Menlu China “Saudara Tua”, Dikecam Publik

April 4, 2021
Next Post
Pasar Global Bergairah, HBA Desember Naik Jadi USD59,65 per Ton

Perang Dagang Australia-China Memanas, HBA April Naik ke USD86,68/Ton

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Kota-kota di Asia Kini Paling Mahal di Dunia
  • Demi Masa Depan Bumi, AS dan China Bersatu Atasi Perubahan Iklim
  • Denmark Buka Kunjungan Wisatawan Global Mulai Bulan Depan
  • Panglima Militer Myanmar Siap Hadiri KTT ASEAN di Jakarta
  • Indonesia Berambisi Jadi Lumbung Pangan Dunia
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.