ASIATODAY.ID, BEIJING – Di tengah upaya dunia memulihkan perekonomian yang terpukul akibat pandemi Covid-19, China mengajak dunia untuk memulai gerakan revolusi hijau demi mewujudkan netralitas karbon sebelum 2060.
“Pandemi Covid-19 telah menyadarkan umat manusia untuk mulai melaksanakan revolusi hijau serta mempercepat mekanisme pembangunan dan kehidupan yang ramah lingkungan,” kata Presiden China Xi Jinping dalam sebuah pidato yang dikirimkan lewat format video di Sesi Debat Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ke-75 pada Selasa lalu.
Xi mendorong seluruh negara untuk “mengambil langkah penting” guna menghormati Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim. Dalam perjanjian tersebut, hampir 200 negara bertekad untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca dan menjaga peningkatan suhu dunia pada abad ini di bawah dua derajat Celcius, di atas level sebelum Revolusi Industri, serta terus berupaya untuk membatasi peningkatan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius.
“China bertekad ingin mencapai “puncak emisi CO2 sebelum 2030 dan mewujudkan netralitas karbon sebelum 2060,” kata Xi dikutip CGTN, Sabtu (26/9/2020).
Xi juga mendesak “pemulihan perekonomian dunia dilakukan dengan cara-cara yang ramah lingkungan di era pasca-Covid-19”, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan di seluruh negara.
Pesan Xi mendapat banyak apresiasi. “Pengumuman Presiden Xi Jinping pada hari ini mencerminkan tekad China untuk mencapai netralitas karbon sebelum 2060. Tekad ini merupakan langkah besar dan kabar penting,” ujar Todd Stern, Utusan Amerika Serikat untuk Perubahan Iklim semasa pemerintahan Obama.
Tood Stern menjadi pihak perantara yang merumuskan perjanjian bilateral tentang perubahan iklim dengan China pada 2014. Dia menilai pengumuman Presiden Xi sebagai langkah yang “menggembirakan”.
Pesan Xi juga disambut dengan baik oleh Uni Eropa.
“Saya gembira atas pengumuman Presiden Xi tentang target China untuk mencapai puncak emisi CO2, serta mewujudkan netralitas karbon sebelum 2060,” kata Frans Timmermans, Vice President, European Green Deal.
China kian ramah lingkungan
Sebagai negara berkembang yang terbesar dan perekonomian terbesar kedua di dunia, China bekerja keras untuk mengarahkan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian alam.
Di sisi lain, China mengubah struktur ekonomi dan pola pertumbuhannya sebagai bagian dari upaya untuk mengejar pembangunan bermutu tinggi; namun, China juga mencantumkan pemberantasan polusi sebagai “tiga tantangan berat”—bersama pengelolaan risiko-risiko utama dan pemberantasan kemiskinan—guna mewujudkan masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang moderat pada 2020.
Xi selalu menekankan pelestarian alam dan pembangunan yang ramah lingkungan.
Lima belas tahun lalu, sebagai Sekretaris Partai Komunis China di Komite Provinsi Zhejiang, Xi mengemukakan konsep “perairan jernih dan pegunungan rimbun sebagai aset-aset penting” yang kelak menjadi ide terkenal tentang pembangunan yang ramah lingkungan di tingkat nasional.
Setelah menjabat Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis China dan Presiden China, Xi berulang kali menekankan pentingnya pelestarian alam di berbagai kesempatan, termasuk saat dia berkunjung ke berbagai daerah di China.
China sempat kesulitan menangani isu-isu lingkungan hidup seperti bencana asap yang kerap terjadi dan polusi air di berbagai wilayah. Namun, China kini membuat perkembangan yang luar biasa dalam pembangunan yang ramah lingkungan, serta berkontribusi terhadap isu-isu tersebut secara global.
China juga segera melampaui “Intended Nationally Determined Contributions” pada 2030 seperti yang tercantum dalam Perjanjian Paris. Pencapaian ini terwujud berkat upaya menghemat energi dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Emisi CO2 per unit PDB telah menurun hampir setengahnya jika dibandingkan dengan kondisi pada 2005. Hal ini tercapai lebih awal dari target yang ditetapkan pada 2020, yaitu mengurangi 40-45 persen dari level 2005. Tekad untuk 2030 ialah mengurangi emisi CO2 per unit PDB sebesar 60-65 persen dari level 2005, dan puncak emisi CO2 tercapai pada 2030.
Pada 2019, kajian lingkungan hidup oleh NASA mengungkap, antara periode 2000 dan 2017, China berkontribusi atas lebih dari seperempat wilayah hijau baru yang tercipta di dunia. Hal ini menjadikan China sebagai kontributor terbesar di dunia.
Demi mendukung penanganan perubahan iklim di dunia, pada 2015, Xi menyumbangkan RMB 20 miliar (USD3 miliar) untuk China South-South Climate Cooperation Fund demi membantu negara-negara berkembang lain dalam isu tersebut.
Tahun lalu, China meluncurkan International Coalition for Green Development dalam program Belt and Road untuk membantu pelaksanaan Agenda PBB 2030 tentang Pembangunan Berkelanjutan melalui pembangunan program Belt and Road secara ramah lingkungan.
“Kami mengajak seluruh negara untuk mewujudkan pembangunan yang inovatif, terarah, ramah lingkungan, dan bersifat terbuka bagi semua pihak, memanfaatkan peluang bersejarah yang berasal dari babak baru revolusi sains dan teknologi, serta transformasi industri, mencapai pemulihan perekonomian dunia lewat cara-cara yang ramah lingkungan di era pasca-Covid. Dengan demikian, kita menciptakan aspek penggerak positif bagi pembangunan berkelanjutan,” jelas Xi. (ATN)
Discussion about this post