ASIATODAY.ID, LONDON – Pemerintah China menolak seruan investigasi independen terhadap asal muasal wabah coronavirus (Covid-19).
Chen Wen, salah satu diplomat senior di Kedutaan Besar China di Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa seruan investigasi tersebut sarat muatan politis yang hanya akan mengalihkan fokus China dari perang melawan pandemi covid-19.
Sejauh ini, covid-19 diyakini berasal dari sebuah pasar di kota Wuhan, provinsi Hubei, China. Virus itu pertama kali terdeteksi pada akhir 2019.
“Kami sedang memerangi virus, dan memfokuskan semua upaya terhadap perang tersebut. Mengapa harus ada pembicaraan mengenai investigasi? Ini akan mengalihkan bukan hanya perhatian, tapi juga sumber daya,” tegas Chen, dalam keterangan dilansir BBC, Sabtu (25/4/2020).
Chen mengatakan ada banyak rumor mengenai asal muasal covid-19. Namun ia menegaskan, misinformasi mengenai covid-19 merupakan hal yang berbahaya.
Menurutnya, sejumlah rumor dapat diibaratkan seperti “virus politik” yang sama atau bahkan lebih berbahaya dari covid-19.
Sejak awal pandemi, sejumlah pihak telah menyerukan adanya pengiriman tim investigator iindependen ke China untuk menyelidiki kemunculan covid-19.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berulang kali menyerang China atas penanganan wabah covid-19. Negara bagian Missouri bahkan telah melayangkan gugatan kepada Pemerintah China, dan menuduh Beijing kurang maksimal dalam menghentikan penyebaran virus tersebut.
Dari sejumlah rumor, salah satu yang sering muncul ke permukaan adalah mengenai covid-19 sebagai virus yang dibuat di sebuah laboratorium di kota Wuhan. Namun sejumlah ilmuwan, dengan menggunakan basis data, skeptis terhadap spekulasi tersebut.
Kamis kemarin, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berencana mendorong digelarnya investigasi independen mengenai covid-19 dalam pertemuan Majelis Kesehatan Dunia bulan depan. Majelis Kesehatan Dunia merupakan entitas dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Covid-19 kini telah menyebar di lebih dari 200 negara dan wilayah. Berdasarkan data terbaru Universitas Johns Hopkins pada Sabtu ini, total infeksi covid-19 di kancah global telah melampaui 2,7 juta dengan 195 ribu lebih kematian dan 781.382 pasien sembuh. (ATN)
Discussion about this post