ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan saat ini dunia sudah berada dalam situasi darurat iklim.
PBB menyerukan kepada seluruh pemimpin dunia untuk segera bertindak menghentikan emisi karbon sampai dunia mencapai udara bersih atau nol emisi CO2.
Sejauh ini, 38 negara telah mengumumkan keadaan darurat yang pada umumnya karena kerentanan mereka terhadap dampak kerusakan iklim yang sudah dirasakan.
“Adakah yang masih menyangkal bahwa kita menghadapi keadaan darurat yang dramatis,” kata Sekjen PBB, António Guterres dikutip dari TheGuardian, Minggu (13/12).
“Seluruh pemimpin dunia agar menyadarinya,” imbuhnya.
Menurutnya, keadaan darurat akan membutuhkan negara-negara untuk segera meningkatkan tindakan mereka terhadap emisi gas rumah kaca. Meski banyak pemerintah yang memiliki target untuk mencapai emisi nol pada sekitar pertengahan abad, tetapi hanya sedikit yang memiliki rencana terperinci tentang cara mencapainya.
Banyak pula negara yang mengucurkan uang untuk kegiatan pengurangan gas CO2 saat mereka berusaha untuk pulih dari krisis dan resesi Covid-19.
PBB mencatat bahwa negara-negara G-20 membelanjakan 50 persen lebih banyak dalam paket stimulus mereka untuk bahan bakar fosil dan sektor intensif CO2 dibandingkan dengan energi rendah CO2.
Sebagai catatan, Inggris dilaporkan akan menghentikan pendanaan proyek bahan bakar fosil di luar negeri.
“Ini tidak dapat diterima,” katanya pada KTT virtual, yang diselenggarakan bersama oleh PBB, Inggris, dan Prancis.
Lebih dari 70 pemimpin dunia, aktivis masyarakat sipil, pemimpin bisnis dan walikota mengikuti KTT Ambisi Iklim, yang menandai lima tahun sejak perjanjian iklim Paris.
Berdasarkan perjanjian Paris, negara-negara terikat untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri yang dianggap sebagai batas terluar keselamatan.
Sedangkan pemanasan global dibatasi hingga 1,5 derajat Celsius untuk menghindari kondisi terburuk dari kerusakan akibat gangguan iklim. (ATN)
Discussion about this post