ASIATODAY.ID, PYONGYANG – Pemerintah Korea Utara telah memerintahkan penguncian atau lockdown ibu kota Pyongyang selama lima hari karena darurat penyakit pernapasan. Demikian sebuah laporan mengatakan Rabu (25/1/2023), dalam apa yang tampaknya menjadi pembatasan seluruh kota pertama sejak negara itu mengumumkan kemenangan atas Covid-19 pada Agustus 2022 .
Warga Pyongyang telah diperintahkan untuk tinggal di rumah mereka dari hari Rabu hingga Minggu dan harus melakukan beberapa pemeriksaan suhu setiap hari, lapor situs spesialis NK News yang berbasis di Seoul, mengutip pemberitahuan pemerintah.
Pemberitahuan itu tidak menyebutkan Covid-19 tetapi mengatakan bahwa penyakit yang saat ini menyebar di ibu kota termasuk flu biasa, kata laporan itu.
Instruksi pemerintah datang sehari setelah NK News, mengutip sumber di Pyongyang, melaporkan bahwa orang-orang di kota tampaknya menimbun barang untuk mengantisipasi penguncian.
Tidak jelas apakah daerah lain telah memberlakukan penguncian serupa dan media pemerintah belum mengumumkan tindakan baru apa pun.
Para ahli meyakini, bahwa kota terbesar di Korea Utara itu kemungkinan sedang menghadapi kemunculan kembali Covid-19.
“Covid-19 menghilang dan muncul kembali tergantung pada suhu, tidak hanya di Korea Utara tetapi di seluruh dunia,” kata Go Myong-hyun, seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies, dilansir Reuters.
Semenanjung Korea saat ini berada dalam cengkeraman apa yang oleh para peramal cuaca digambarkan sebagai hawa dingin Siberia, dengan suhu di Pyongyang turun hingga -22 derajat Celcius.
“Masih terlalu dini bagi Korea Utara untuk merayakan kemenangannya atas virus … dengan penurunan suhu, Covid-19 telah muncul kembali,” kata Go kepada AFP.
“Korea Utara pasti sudah mempersiapkannya sampai batas tertentu, tetapi tampaknya virus itu muncul kembali sedikit lebih cepat dari yang mereka kira.”
Tetangga Korea Utara dan mitra dagang utamanya, Tiongkok baru-baru ini meninggalkan kebijakan nol-Covud, dan berjuang melawan gelombang infeksi yang membuat rumah sakit dan krematorium kewalahan.
Korea Utara telah mempertahankan blokade yang kaku sejak awal pandemi, tetapi mengizinkan beberapa perdagangan dengan China.
Pada Mei tahun lalu, Korea Utara secara resmi mengakui wabah Covid-19 pertamanya tetapi menyatakan kemenangan atas virus tersebut hanya tiga bulan kemudian , menyebutnya sebagai “keajaiban”.
Para ahli, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah lama mempertanyakan data Covid-19 Pyongyang yang mengklaim telah mengendalikan wabah tersebut.
Korea Utara memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia, dengan rumah sakit yang tidak lengkap, beberapa unit perawatan intensif, dan tidak ada obat perawatan Covid-19, kata para ahli.
Diyakini, Korea Utara tidak melakukan kebijakan wajib vaksinasi untuk 25 juta penduduknya, meski menerima sejumlah vaksin dari China. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post