ASIATODAY.ID, SINGAPURA – Hasil riset DBS Group Research menyebutkan bahwa Indonesia yang memiliki 18 ribu pulau dan 260 juta penduduk memiliki nilai transaksi sebesar USD1,2 triliun.
Dari jumlah itu, peringkat konsumsi rumah tangga Indonesia melampaui negara tetangga di kawasannya, dengan total pengeluaran rumah tangga diperkirakan mencapai USD0,6 triliun per 2018. Angka itu diperkirakan mencakup 42 persen dari total pengeluaran rumah tangga di ASEAN+6 (ASEAN dan enam negara mitranya).
Menurut DBS Group Research Indonesia Maynard Arif, angka tersebut tumbuh menjadi 44 persen pada 2030, dengan pengeluaran meningkat dua kali lipat menjadi USD1,2 triliun.
“Berdasarkan kajian mendalam tentang setiap negara, diketahui bahwa konsumsi pribadi per kapita Indonesia sekitar USD2,4 ribu pada 2018 (konstan sejak 2010), dan diperkirakan mencapai sekitar USD4 ribu pada 2030, dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) di atas empat persen,” kata Maynard dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (24/11/ 2019).
Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga yang disediakan untuk kebutuhan pangan cenderung menurun seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan pola konsumsi, ditandai dengan peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan bukan pangan, seperti, perumahan dan fasilitas rumah tangga, barang, dan jasa.
Konsumsi pangan mencakup 51,4 persen dari pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia pada 2010. Dengan pertumbuhan pendapatan, persentase tersebut turun menjadi 49,5 persen pada 2018.
“Ke depan, kami memperkirakan pangan lebih rendah, mencakup sekitar 46,7 persen dari proyeksi kebutuhan konsumsi pada 2030, serupa dengan kecenderungan yang ditunjukkan Malaysia dan Thailand,” jelasnya.
Selain itu, dia memperkirakan konsumsi condong kepada kebutuhan sekunder dengan bobot lebih rendah untuk kebutuhan dasar, seperti pangan dan sandang.
Dia menjelaskan dalam produksi produk peluang makanan dan minuman dalam kemasan semakin besar. Dia memperkirakan pengeluaran konsumsi akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi USD232 miliar pada 2030, dari USD107 miliar, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 6,7 persen dari 2018. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan, urbanisasi dan efek substitusi, dari produk pokok lain, seperti, sereal.
“Secara per kapita, Jakarta memiliki pengeluaran tertinggi secara nasional. Pasar provinsi lebih kecil lain (seperti, Sumatera Utara & Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung) menunjukkan pertumbuhan kuat sejak 2010, dan diperkirakan terus meningkat,” paparnya.
Dia juga menjelaskan bahwa Indonesia adalah pasar konsumen terbesar di ASEAN dengan total pengeluaran rumah tangga diperkirakan naik dua kali lipat menjadi USD1,2 triliun pada 2030.
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan penduduk lebih dari 260 juta orang dan PDB sebesar USD1,16 triliun (berdasarkan atas harga dolar AS pada 2010) pada 2018.
Sejak 2008, rata-rata pertumbuhan PDB per kapita Indonesia tumbuh 4,1 persen (2008-2018) menjadi USD 4.326 (berdasarkan atas harga dolar AS konstan sejak 2010), lebih tinggi daripada pertumbuhan tahunan selama 10 tahun sebelumnya (1998-2008), yang sebesar 3,3 persen.
“Kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan mencatat pertumbuhan PDB per kapita sekitar 4,5 persen (2018-2030F), mencapai sekitar USD7.310 (berdasarkan atas harga dolar AS konstan pada 2010) pada 2030,” jelasnya.
Dengan perkiraan pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 0,9 persen, ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai sekitar USD2,15 triliun (dengan harga dolar AS konstan 2010) pada 2030. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post