ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan antara Indonesia dengan China sangat jauh. Secara kumulatif Januari-Februari 2020, Indonesia masih defisit neraca dagang dengan China sebesar USD1,94 miliar.
Angka ini mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit dagang Indonesia dengan China tahun lalu mencapai USD3,93 miliar.
“Kendati impornya turun cukup signifikan, namun neraca perdagangan kita dengan China masih defisit sebesar USD1,94 miliar,” jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (16/3/2020).
Dikatakan, pada dua bulan pertama 2020, total ekspor Indonesia tercatat sebanyak USD27,57 miliar atau naik sebesar 4,10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara impor kumulatif Januari-Februari 2020 mencapai USD25,87 miliar, turun 4,95 persen dibanding periode sama 2019.
Adapun ekspor nonmigas Indonesia-China pada Februari 2020 sebesar USD1,87 miliar. Angka ini melorot 11,63 persen dibanding Januari 2020 dan naik 21,49 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Secara bulan ke bulan atau month of month (mom), ekspor tembaga dan barang dari tembaga anjlok 57,42 persen. Selain itu, golongan barang HS dua digit besi dan baja juga merosot 25,65 persen, serta pulp dari kayu turun 18,77 persen.
“Sedangkan impor nonmigas dari China, baik month on month (mom) maupun year on year (yoy) mengalami penurunan. Yoy minus 35,27 persen, sedangkan mom turun 49,63 persen,” jelasnya.
Berdasarkan golongan barang HS dua digit, impor nonmigas pada plastik dan barang dari plastik mengalami penurunan terbesar, yakni minus 65,16 persen (mom). Lalu, mesin dan perlengkapan elektrik yang ambles 45,17 persen (mom).
“Untuk mesin dan peralatan mekanis turun sebesar minus 34,33 persen (mom),” tandas Yunita. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post