ASIATODAY.ID, BANGKOK – Gelombang aksi demonstrasi di Thailand kian meluas.
Para demonstran terus menyerukan penolakan terhadap tindakan kepolisian yang menangkap sejumlah peminpin aksi protes.
Upaya kepolisian dinilai tidak dapat membungkam gerakan dan menghentikan protes mengingat semua demonstran adalah pemimpin.
“Mereka pikir menangkap para pemimpin akan menghentikan kami? Tidak ada gunanya! Kami semua adalah pemimpin hari ini,” kata Pla, 24, saat berbicara kepada ribuan pengunjuk rasa di Monumen Kemenangan Bangkok, Minggu (18/10/2020).
Terlepas dari penangkapan terhadap banyak pemimpin protes di Thailand selama sepekan terakhir, demonstrasi telah berkembang dengan seruan yang semakin keras untuk penggulingan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan reformasi monarki Raja Maha Vajiralongkorn.
Sebagian mengikuti cara protes Hong Kong dan sebagian menyelesaikan masalah sendiri.
Pengunjuk rasa yang sebelumnya tidak dikenal, kini telah menggagalkan upaya polisi untuk membubarkan mereka. Itu menunjukkan dukungan publik terbesar untuk perubahan dalam beberapa dekade.
“Siapkan megafon Anda, kenakan perlengkapan pelindung Anda, karena semua orang adalah pemimpin,” seru kelompok pemuda yang diumumkan dalam sebuah unggahan Facebook, Minggu (18/10).
Bahkan situs untuk protes telah diputuskan melalui pemungutan suara di grup media sosial. Berbagai pengumuman tentang kemungkinan lokasi protes telah membuat polisi kebingungan. Pada saat polisi tiba, ribuan orang telah berkumpul.
Juru bicara polisi Kissana Phathanacharoen menggambarkan situasinya sangat dinamis. Dia meminta para demonstran tetap patuh pada aturan.
“Apa yang dapat kami katakan sekarang adalah memperingatkan publik bahwa mereka harus mematuhi hukum,” katanya.
Namun, kurangnya kepemimpinan di lapangan menyebabkan beberapa momen canggung pada Sabtu (17/10) ketika orang tampak tidak yakin siapa yang harus berbicara.
Protes di Thailand biasanya melibatkan serangkaian pembicara di atas panggung.
Suthida “Smile” Buakhom, 20, naik ke salah satu panggung unjuk rasa dengan mikrofon yang dibawanya. Dia berharap ada yang mau melakukan orasi lantaran puluhan aktivis telah ditangkap.
“Saya tahu bahwa orang tidak bisa tinggal lama di suatu tempat tanpa semacam fokus. Saya mencoba mendorong semua orang untuk berbicara,” katanya.
Sebelumnya, pemimpin protes Panupong “Mike Rayong” Jadnok, 24, dan lainnya ditangkap pada Sabtu (17/10). Dia mengirimkan sinyal yang sama dengan menggunakan tagar #everybodyisaleader di Facebook. (CNA)
Discussion about this post