ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ekonomi di kawasan Asia Tenggara diproyeksi akan mengalami pemulihan paling cepat di dunia.
“Secara keseluruhan, Asia Tenggara berada dalam kondisi yang sangat baik dibandingkan dengan sebagian besar bagian dunia lainnya dalam mengendalikan pandemi. Pemulihan pascapandemi saat ini tengah berlangsung sepenuhnya dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan pergerakan perdagangan,” kata Presiden ICAEW William Brooks dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/1/2022).
Berdasarkan data dari Oxford Economics, kawasan Asia Tenggara akan mengalami pemulihan ekonomi dengan mulai dilonggarkannya pembatasan aktivitas masyarakat, serta terus meningkatnya jumlah vaksinasi covid-19 pada 2022.
Menurut data yang dipaparkan oleh Oxford Economics Lead Asia Economist, Sian Fenner, pada Economic Insight Forum yang diadakan oleh the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), gelombang pandemi covid-19 di 2021 yang lebih besar dibandingkan dengan 2020 telah memperlambat laju pemulihan ekonomi di kawasan dan berdampak pada keputusan untuk meningkatkan pembatasan.
Akibatnya, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) di kawasan saat ini masih berada di antara 4-6 persen atau lebih rendah dari sebelum pandemi, yaitu di kuartal IV-2019.
Namun, prospek untuk 2022 tetap positif dengan adanya pelonggaran pembatasan dan percepatan vaksinasi covid-19.
Adapun, pembatasan aktivitas masyarakat yang sebelumnya diberlakukan memberikan pukulan terhadap tingkat pengeluaran konsumen untuk jasa layanan, yang menyumbang sekitar 20 persen dari pengeluaran konsumsi rumah tangga pada 2019 di seluruh ekonomi Asia Tenggara.
Artinya, pembatasan selama pandemi secara signifikan memengaruhi ketergantungan ekonomi pada sektor ini dan berdampak pada penurunan belanja konsumen di kawasan sejak pandemi dimulai.
Namun, pelonggaran pembatasan dan mulai kembali aktifnya sektor pariwisata diprediksi akan berdampak kuat pada pemulihan pengeluaran konsumsi dan layanan rumah tangga.
Pemulihan di Indonesia
Laporan dari Oxford Economics menunjukkan pembatasan aktivitas masyarakat yang berlangsung dari Juli hingga Agustus 2021 lalu sangat membebani pertumbuhan PDB Indonesia.
Pembatasan tersebut diperkirakan memengaruhi kontraksi PDB sebesar 0,3 persen quarter-to-quarter. Meskipun terjadi penurunan, Oxford Economics juga memperkirakan pemulihan yang cukup kuat di kuartal keempat pada sektor rumah tangga, khususnya pada konsumsi privat dan publik.
Memasuki 2022, laporan yang sama memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 6 persen. Angka ini berada di bawah Malaysia dengan 6,7 persen dan Filipina dengan 6,8 persen.
“Sektor rumah tangga diperkirakan akan berkontribusi mendorong pertumbuhan di atas tren. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa investasi diperkirakan akan pulih lebih cepat dengan meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung serta didukung oleh upaya pemerintah baru-baru ini untuk mendorong bisnis,” tandas William Brooks. (ATN)
Discussion about this post