ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan perkembangan kinerja perdagangan Indonesia selama Januari 2020 yang mencapai USD13,41 miliar. Angka tersebut turun 7,16 persen dibanding kinerja ekspor Desember 2019.
“Demikian pula bila dibandingkan pada Januari 2019, ekspor Januari 2020 menurun 3,71 persen,” jelas Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Menurut Suhariyanto, ekspor pada Januari mengalami penurunan karena sektor migas dan nonmigas mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan Desember 2019. Sektor migas turun sebesar 28,73 persen sedangkan nonmigas juga turun sebesar 5,33 persen.
“Ekspor migas pada Juni sebesar USD0,81 miliar dan nonmigas sebesar USD12,61 miliar,” paparnya.
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2020 naik 3,16 persen dibanding bulan yang sama 2019. Demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,54 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 19,15 persen.
Kemudian industri pertanian dan industri pengolahan juga mengalami penurunan masing-masing sebesar USD0,30 miliar dan USD10,52 miliar atau turun 20,24 persen dan 3,13 persen secara mtm. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan lainnya juga alami penurunan sebesar 14,14 persen dengan nilai ekspor USD1,79 miliar.
Adapun, ekspor nonmigas Januari 2020 terbesar masih ke China yaitu USD2,10 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,62 miliar dan Jepang USD1,12 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,41 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,18 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD2,34 miliar (17,47 persen), diikuti Jawa Timur USD1,58 miliar (11,76 persen), dan Kalimantan Timur USD1,26 miliar (9,38 persen).
Defisit Perdagangan USD864 Juta
BPS juga mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar USD864 juta. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang defisitnya mencapai USD1,06 miliar.
Catatan nilai neraca perdagangan Indonesia Januari 2020 tersebut dipicu oleh defisit sektor migas sebesar USD1,18 miliar walaupun sektor nonmigas surplus USD0,32 miliar.
“Secara tahunan, defisit neraca perdagangan Januari 2020 diperkirakan sebesar USD864 juta, masih lebih baik dibanding defisit posisi Januari 2019 yang sebesar USD1,06 miliar,” papar Suhariyanto.
Ia memaparkan nilai neraca dagang Indonesia berasal dari kinerja ekspor Indonesia Januari 2020 yang mencapai USD13,41 miliar atau menurun 7,16 persen dibanding ekspor Desember 2019. Angka tersebut juga turun 3,71 persen dibanding Januari 2019.
“Ekspor nonmigas Januari 2020 mencapai USD12,61 miliar, turun 5,33 persen dibanding Desember 2019. Sementara itu dibanding ekspor nonmigas Januari 2019, turun 0,69 persen,” paparnya.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD703,2 juta (34,08 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata sebesar USD219,0 juta (57,84 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2020 naik 3,16 persen dibanding bulan yang sama di 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,54 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 19,15 persen.
Sementara itu, nilai impor Indonesia Januari 2020 mencapai USD14,28 miliar atau turun 1,60 persen dibanding Desember 2019. Penurunan juga terjadi sebesar 4,78 persen dibanding Januari 2019.
“Impor nonmigas Januari 2020 mencapai USD12,29 miliar atau turun 0,69 persen dibanding Desember 2019, demikian pula dibanding Januari 2019 turun 7,85 persen,” kata Suhariyanto.
Ia melanjutkan, impor migas Januari 2020 mencapai USD1,99 miliar atau turun 6,85 persen dibanding Desember 2019. Sebaliknya jika dibanding Januari 2019 meningkat 19,95 persen.
Jika dibanding Desember 2019, penurunan impor nonmigas terbesar selama Januari 2020 adalah golongan buah-buahan USD180,4 juta (76,21 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan kendaraan dan bagiannya sebesar USD189,9 juta (43,36 persen).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2020 ditempati oleh China dengan nilai USD3,95 miliar (32,11 persen), Jepang USD1,09 miliar (8,90 persen), dan Singapura USD0,79 miliar (6,42 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 19,29 persen, sementara dari Uni Eropa 9,32 persen.
Nilai impor golongan penggunaan barang baik barang konsumsi dan barang modal selama Januari 2020 mengalami penurunan dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu 11,19 persen dan 8,99 persen. Sebaliknya nilai impor golongan bahan baku/penolong meningkat 1,67 persen. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post