ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di Papua kurang bergairah dalam satu tahun terakhir. Pasalnya, pada 2019, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di daerah itu tercatat -15,72 persen.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, Papua dan Maluku hanya memberikan kontribusi 2,24 persen terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2019 yang sebesar 5,02 persen. Papua dan Maluku ekonominya tumbuh minus 7,4 persen.
“Pertumbuhan ekonomi Papua mengalami kontraksi 15,72 persen,” jelas Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2020).
Dikatakan, sejak akhir 2018, ekonomi Papua selalu tumbuh negatif. Di kuartal IV-2018, pertumbuhannya minus 17,95 persen setelah ditiga kuartal sebelumnya tumbuh masing-masing sebesar 6,20 persen di kuartal tiga, 23,89 persen di kuartal II, dan 26 persen di kuartal I.
Pertumbuhan negatif berlanjut di kuartal I tahun 2019 yang sebesar minus 18,66 persen, kuartal II minus 23,91 persen, kuartal II minus 15,05 persen dan kuartal IV minus 3,73 persen.
Suhariyanto menjelaskan, kontraksi tersebut disebabkan adanya peralihan kegiatan tambang Freeport dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah (underground mining). Peralihan tersebut menyebabkan produksi tembaga dan emas Freeport turun.
“Penyebab utama turunnya ekonomi Papua adalah Freeport. Penurunan produksi karena ada sistem tambang yang menyebabkan papua mengalami kontraksi yang cukup dalam -15 persen pada 2019,” papar Suhariyanto.
Dari catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) perusahaan yang diajukan terjadi penurunan target produksi Freeport dari 2018 sejalan dengan adanya transisi tambang Grasberg ke tambang bawah tanah.
Menurut Direktur Mineral Yunus Saefulhak, pada 2018 realisasi produksi bijih tembaga mentah atau ore mencapai 270 ribu ton per hari dengan jumlah produksi konsentratnya mencapai 2,1 juta ton dalam setahun.
Dari produksi konsentrat tersebut sebanyak 1,2 juta ton diperuntukan untuk ekspor sedangkan 800 ribu tonnya disalurkan ke PT Smelting Gresik untuk dilakukan pemurnian dan pengolahan.
Yunus mengatakan produksi konsentrat Freeport pada 2019 diperkirakan hanya 1,2 juta ton. Dari jumlah tersebut 200 ribu ton akan diekspor dan satu juta ton akan diolah di PT Smelting Gresik.
Pertumbuhan Tinggi
Sementara itu, daerah yang memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi tertinggi masih didominasi oleh Jawa dan Sumatera. Provinsi Jawa menyumbang 59 persen terhadap PDB dengan pertumbuhannya sebesar 5,52 persen.
Disusul oleh Sumatera yang berkontribusi 21,32 persen terhadap PDB dengan pertumbuhan sebesar 4,57 persen. Adapun Kalimantan dan Sulawesi kontribusi masing-masing 8,05 persen dengan pertumbuhan 4,99 persen dan 6,33 persen dengan pertumbuhan 6,65 persen.
“Sepanjang 2019 provinsi Jawa dan Sumatera memberikan kontribusi terbesar kepada perekonomian Indonesia. Pulau Jawa terbesar DKI Jakarta sumbangannya 9,94 persen, Jatim, dan Jabar. Itu tiga kota tertinggi di Jawa,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post