ASIATODAY.ID, BANGKOK – Gejolak politik di Thailand kian tak terbendung.
Ribuan demonstran berkumpul di luar gedung parlemen Thailand hingga Sabtu malam (20/2/2021). Aksi massa berlangusng setelah Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan 9 menteri selamat dari mosi tidak percaya di parlemen usai perdebatan panas selama empat hari.
“Keputusan itu mengecewakan dan sudah diperkirakan,” kata pemimpin protes Attapon Buapat seperti dikutip dari CNA, Minggu (21/2/2021).
Lebih dari 1.000 massa berunjukrasa di luar gerbang parlemen. Penyelenggara memberikan jaminan bahwa protes tidak akan berubah menjadi kekerasan.
Massa berkumpul di titik persimpangan Kiak Kai, Bangkok, setelah parlemen menyepakati untuk tidak melanjutkan tuntutan mosi tidak percaya terhadap Prayuth Chan-ocha.
Sebelumnya, Prayuth diajukan mosi tidak percaya terkait penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi di negara gajah putih tersebut.
“Kami ingin demonstrasi yang damai,” kata salah satu pemimpin demonstran, Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul, usai bernegosiasi dengan polisi. Tidak ada alasan bagi polisi untuk membubarkan demonstrasi,” katanya.
Kepolisian Thailand menerjunkan sekitar 4.000 pasukan untuk menjaga dan mengamankan demonstrasi tersebut. Barikade kawat berduri hingga kontainer dipasang untuk menghadang para demonstran.
Deputi humas Kepolisian Thailand Kissana Pattanacharoen mengatakan demonstrasi melanggar dekrit darurat untuk mengontrol pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pihaknya meminta demonstran membubarkan diri.
“Tugas polisi adalah menjaga ketertiban,” katanya.
Bangkok Post dan The Nation melaporkan belum ada upaya pembubaran demonstran yang dilakukan polisi.
Dalam sebuah podcast yang disiarkan usai keputusan parlemen diumumkan, Prayuth menyatakan “Saya meminta seluruh rakyat Thailand untuk bekerja bersama membawa kemajuan bagi negeri ini.” (ATN)
Discussion about this post