ASIATODAY.ID, BEIJING – Di tengah gelombang sanksi global terhadap Rusia, hubungan China dengan Rusia justru makin mesra.
China berkomitmen akan tetap melanjutkan impor gas alam cair (LNG) dari Rusia sambil menentang sanksi negara-negara barat.
“China akan mempertahankan hubungan perdagangan normal dengan Rusia meskipun ada sanksi internasional. China dan Rusia akan terus melakukan kerja sama perdagangan normal dengan semangat saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan,” kata juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin saat konferensi pers reguler, Selasa (1/3/2022) sebagaimana dilaporkan RT.
Menurut juru bicara itu, posisi China adalah menentang sanksi sepihak yang “dikenakan secara ilegal”.
Ia percaya bahwa sanksi bukanlah solusi efektif untuk memecahkan masalah.
Pernyataan China pada Selasa mengulangi pernyataan yang dibuat saat konferensi pers pada hari Senin.
Menjawab pertanyaan dari jurnalis Reuters tentang China yang membeli energi dan komoditas lain dari Rusia setelah sanksi baru-baru ini, Wang Wenbin mengatakan kedua negara akan “terus melakukan kerja sama perdagangan normal,” menurut transkrip resmi.
Wenbin juga menyatakan bahwa sikap China terhadap konflik di Ukraina tidak berubah. Menjawab pertanyaan tentang bantuan kemanusiaan, dia mengatakan China siap memainkan peran konstruktif dalam meredakan situasi di Ukraina.
Seperti dilaporkan Reuters, pada Jumat (4/2), Presiden Vladimir Putin meluncurkan kesepakatan minyak dan gas baru Rusia dengan China senilai sekitar US$ 117,5 miliar (Rp 1.686 triliun) pada Jumat, menjanjikan untuk meningkatkan ekspor Timur Jauh Rusia pada saat ketegangan meningkat dengan pelanggan Eropa atas Ukraina.
Rusia, yang sudah menjadi pemasok gas Nomor 3 Beijing, telah memperkuat hubungan dengan China yang merupakan konsumen energi terbesar di dunia.
Rusia mulai mengurangi ketergantungannya pada pelanggan energi tradisional Eropa.
“Pengusaha minyak kami telah menyiapkan solusi baru yang sangat baik tentang pasokan hidrokarbon ke Republik Rakyat China,” kata Putin pada pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk membahas kerja sama yang lebih erat.
“Dan langkah maju dibuat di industri gas,” tambahnya, mengacu pada kontrak baru untuk memasok 10 miliar meter kubik per tahun ke Chin dari Timur Jauh Rusia. Putin berada di Beijing untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin.
Penjualan gas saja bisa menghasilkan sekitar US$ 37,5 miliar (Rp 538 triliun) selama 25 tahun, menurut perhitungan Reuters, dengan asumsi harga gas rata-rata US$ 150 (Rp 2,1 juta) per 1.000 meter kubik seperti yang dilaporkan oleh raksasa gas Rusia Gazprom untuk kesepakatan saat ini dengan China. (ATN)
Discussion about this post