ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) mulai melakukan ekspor perdana produk hasil olahan nikel pada pekan lalu tujuan China.
Pengiriman tersebut dilakukan melalui Pelabuhan Jety milik GNI yang terletak di Morowali Utara dengan membawa produk turunan nikel dalam bentuk Nickel Pig Iron atau feronikel.
Menurut Direktur Operasional GNI Tony Zhou Yuan, 13.650 ton feronikel tersebut merupakan hasil olahan dari 3 tungku smelter yang telah beroperasi. Sedangkan nilai total produk nikel tersebut mencapai sekitar USD23 juta
“Melalui ekspor perdana feronikel tersebut, kami berharap akan mendongkrak devisa negara di sektor pajak, yang tentunya juga nantinya akan berimbas bagi keuntungan di daerah,” ujar Tony, dalam keterangannya, Senin (24/1/2022).
Tony mengungkapkan, enam bulan ke depan, 20 tungku lainnya juga sudah dapat dioperasikan yang akan semakin mendorong produksi di GNI.
Degan demikian, dampak ekonomi dari GNI ke depannya pun akan lebih besar lagi, baik dari segi penerimaan negara melalui setoran pajak, hingga pembukaan lapangan kerja yang akan semakin bertambah.
”Saat ini kami sedang menambah hingga 10 ribu tenaga kerja lokal di GNI. Harapan kami juga, jika aktivitas perusahaan bisa berjalan lancar tanpa ada kendala yang berarti, penyerapan tenaga kerja lokal akan bertambah terus hingga mencapai 25 ribu pekerja nantinya,” imbuh Tony.
Dengan semakin banyaknya tenaga kerja di GNI, dampak ekonomi bagi warga di Kabupaten Morowali Utara pun dipastikan akan semakin berlipat.
“Pengiriman barang hasil olahan nikel dari smelter milik GNI ini merupakan upaya mendukung program pemerintah untuk tidak mengekspor barang mentah seperti nikel. GNI berkomitmen akan terus mendukung program ini demi meningkatkan nilai tambah dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo telah meresmikan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih nikel menjadi feronikel milik PT. Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, yang memiliki kapasitas produksi lebih dari 1 juta ton per tahun.
Presiden pun mengapresiasi PT. Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang telah membangun pabrik smelter nikel.
Presiden menuturkan nilai tambah nikel yang dihasilkan dari smelter tersebut akan meningkat hingga 14 kali lipat dibanding bahan mentah bijih nikel.
“Ini akan memberikan nilai tambah yang tidak sedikit dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel. Ini akan memberi nilai tambahnya meningkat 14 kali,” kata Presiden.
Presiden menegaskan bahwa Indonesia akan terus berupaya menghentikan ekspor bahan mentah, dengan menerapkan hilirisasi industri di dalam negeri.
Setelah nikel, kata Presiden, Indonesia akan menghentikan ekspor bahan mentah bauksit.
“Tahun depan akhir, saya sudah berikan pemanasan terlebih dahulu setop bahan mentah bauksit. Tahun depannya lagi akan kita setop lagi untuk minerba yang lainnya,” kata Presiden.
Dengan begitu, kata Presiden, mau tidak mau, pelaku industri dan investor akan mendirikan pabrik di Indonesia. Jika hilirisasi terus digencarkan, maka Indonesia mendapat banyak manfaat seperti peningkatan penerimaan pajak, perluasan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga devisa.
“Sehingga kita tidak ekspor lagi yang namanya bahan mentah yang sudah berpuluh-puluh tahun yang kita lakukan tanpa memberi nilai tambah yang besar kepada negara,” tegas Presiden. (ATN)
Discussion about this post