ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk., akan tetap melanjutkan inisiatif efisiensi dan penghematan biaya pada tahun ini kendati harga nikel sudah mulai pulih dari tren pelemahan pada awal tahun.
Menurut Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto, efisiensi dan operational excellence merupakan kunci agar kinerja tetap bertumbuh di tengah harga komoditas yang berfluktuasi.
Walau harga nikel mulai pulih, permintaan dan pasokan masih menghadapi risiko perlambatan. Bernardus menggambarkan, ketersediaan stainless steel China masih cukup tinggi di samping permintaan dari sektor kendaraan listrik juga melambat.
“Kami harus melihat kembali dalam tiga bulan ke depan perkembangan Covid-19, baik dari sisi produsen dan konsumen yang akan mempengaruhi keseimbangan demand-supply
di pasar nikel,” kata Bernardus Irmanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis (30/7/2020).
Vale akan berupaya melakukan penghematan biaya hingga USD30-USD50 juta pada tahun ini dengan beberapa inisiatif baru maupun yang sudah dilakukan sejak 2018.
Inisiatif terbaru yang dilakukan tahun ini adalah Obeya, inisiatif disruptif yang bertujuan untuk mencari peluang improvement dengan menantang status quo.
Perusahaan juga mengimplementasikan Vale Production System, sebuah model manajemen untuk mengikutsertakan karyawan di semua level untuk melakukan perbaikan secara terus menerus guna mencapai keunggulan operasi, termasuk mengurangi waste.
Sepanjang paruh pertama 2020, Vale (INCO) telah berhasil menekan biaya produksi hingga menjadi di bawah USD7.000 per ton, jauh lebih rendah daripada biaya produksi per unit periode yang sama tahun lalu.
Untuk diketahui, realisasi biaya produksi per unit INCO sepanjang 2019 sebesar USD7.500 per ton.
Bernardus Irmanto menjelaskan bahwa penurunan biaya produksi itu dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dan komoditas lain. Selain itu, pencapaian target produksi dan juga inisiatif penghematan biaya juga memiliki kontribusi terhadap penurunan itu.
Di sisi lain, Vale berharap harga nikel saat ini dapat bertahan hingga akhir tahun sehingga dapat mendukung kinerja keuangan perseroan secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (28/7/2020) harga nikel di bursa London berada di level USD13.660 per ton. Harga nikel, sudah mulai pulih dari harga terendahnya pada medio Maret di level USD10.880 per ton.
Pada kuartal pertama tahun ini INCO berhasil mencatatkan penjualan sebesar USD174,7 juta naik 38,21 persen dari posisi kuartal I/2019 USD126,4 juta. Selain itu, perseroan juga berhasil membalikkan posisi rugi bersih pada kuartal I/2019 sebesar USD20,2 juta, menjadi laba bersih sebesar USD29 juta pada kuartal I/2020.
Hingga Juni 2020, INCO telah memproduksi nikel dalam matte sebesar 36.315 ton, naik 18 persen dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 30.711 ton. (ATN)
Discussion about this post