ASIATODAY.ID, HONG KONG – Gejolak di Hong Kong kembali pecah. Polisi antihuru-hara memburu dan menangkap sejumlah aktivis pro-demokrasi yang berunjuk rasa di Hari Ibu pada Minggu 10 Mei.
Penangkapan dilakukan karena massa menyerukan kemerdekaan serta mendesak agar pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, segera mundur dari jabatannya.
Tahun lalu, Hong Kong diguncang gelombang unjuk rasa pro-demokrasi yang berlangsung selama lebih kurang tujuh bulan. Dalam gelombang protes, beberapa di antaranya kerap berujung bentrok.
Kemunculan pandemi virus korona (covid-19) meredam momentum para aktivis pro-demokrasi di Hong Kong. Namun beberapa aksi protes berskala kecil kerap terjadi, termasuk yang berlangsung pada Hari Ibu.
Sebelumnya, otoritas Hong Kong telah menolak memberikan izin penyelenggaraan aksi protes di Hari Ibu. Alhasil, para pengunjuk rasa pun bermain “kucing-kucingan” dengan polisi di sedikitnya delapan pusat perbelanjaan di Hong Kong.
Aksi protes secara bergerilya tersebut telah beberapa kali digunakan para aktivis pro-demokrasi Hong Kong tahun lalu.
“Ini baru pemanasan. Gerakan protes kami perlu dimulai lagi,” kata seorang mahasiswa yang hanya memberikan inisial nama ‘B.’
“Ada pertanda gerakan kami mulai hidup kembali,” sambungnya, melansir Japan Times, Minggu (10/5/2020).
Sedikitnya terjadi tiga penangkapan dalam operasi kepolisian di Hong Kong pada petang kemarin. Carrie Lam, tokoh yang didukung penuh Tiongkok, beberapa kali meminta agar para pedemo tidak berbuat kericuhan saat berunjuk rasa.
Ia juga berulang kali menolak diadakannya investigasi independen mengenai kinerja Kepolisian Hong Kong dalam menangani pengunjuk rasa. (ATN)
Discussion about this post