ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi global wabah coronavirus (Covid-19) menghantam pasar keuangan Indonesia. Akibatnya, USD8,1 miliar dana investor asing kabur.
Menurut Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu, tindakan darurat yang diambil oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed telah menyebabkan pasar melakukan aksi jual aset berisiko.
Ketakutan investor global akan ketidakpastian, telah memicu arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Akumulasi portofolio Indonesia telah mencatat arus keluar sebesar USD8,1 miliar, dari USD18,8 miliar pada 24 Januari 2020 menjadi USD10,7 miliar pada 13 Maret 2020,” jelasnya melalui keterangan tertulisnya, Kamis (19/3/2020).
Dikatakan, banyak investor telah mengganti portofolio ke investasi yang lebih aman seperti US-Treasury (surat berharga AS) meskipun imbal hasil US Treasury 10-Tahun turun di bawah 1 persen.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10-Tahun dan 1-Tahun telah melonjak masing-masing menjadi 7,4 persen dan 5,1 persen.
Fabio memandang, pembatasan perjalanan dan penerapan social distancing telah menyebabkan bisnis bersiap untuk mengurangi produksi barang dan/atau jasa, kemudian menyebabkan lebih rendahnya aktivitas ekonomi.
“Kepanikan di pasar keuangan negara-negara berkembang akibat pandemi global wabah covid-19 telah berdampak langsung pada valas, sebagaimana seluruh mata uang negara berkembang mengalami depresiasi,” jelasnya.
Berdasarkan tingkat depresiasi year-to-date, rupiah merupakan salah satu mata uang yang terkena dampak paling parah dengan tingkat depresiasi sebesar 10 persen (ytd).
Bank Indonesia telah memperkenalkan paket stimulus untuk menjaga stabilitas Rupiah, termasuk memangkas suku bunga kebijakan 25bps pada bulan Februari, yakni memberikan suntikan dana pada pasar valas dan DNDF serta menurunkan giro wajib minimum GWM valas bank. Namun, kekurangan dolar AS di pasar keuangan terus melebar akibat tingginya risk aversion dari investor global.
“Pelemahan rupiah ke sekitar Rp15.200 sejauh ini, sudah cukup memperlihatkan dengan jelas arah pasar keuangan menuju kondisi yang semakin sulit,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post