ASIATODAY.ID, JAKARTA – Imbas wabah virus corona yang terjadi di China menimbulkan dampak buruk terhadap negeri itu.
China kini harus menghadapi kenyataan pahit. Pasalnya, negara-negara di dunia menjauh dan mengisolasi China karena khawatir dengan virus mematikan itu.
Amerika Serikat dan negara Eropa serta Asia telah memberlakukan peraturan baru dengan menghentikan kunjungan warga China untuk mengantisipasi penyebaran virus ini.
Tindakan tersebut membuat aktivitas ekonomi China goyang. Banyak negara termasuk perusahaan harus mengambil keputusan sulit untuk memprioritaskan keamanannya.
Melansir Wall Street Journal, Rabu (5/2/2020), satu setengah dekade yang lalu ketika wabah sindrom pernafasan akut SARS mengguncang dunia, China menyumbang sebagian kecil dari ekonomi global. Hari ini, China juga bertanggung jawab atas hampir seperlima PDB global.
Analis Perusahaan Riset Beijing Plenum Chen Long memperkirakan pertumbuhan China untuk tahun 2020 kini akan melambat lebih jauh dari tahun lalu sekitar 6,1 persen sehingga bisa berdampak pada aktivitas ekonomi global.
Pengangguran dan inflasi juga bisa melonjak. Mengingat Hubei adalah salah satu dari enam provinsi pusat yang memasok sepertiga dari tenaga kerja migran ke bagian negara lain, dan sekarang banyak yang tidak bisa bepergian.
Bahkan, mantan Penasihat Bank Sentral China Huang Yiping memperingatkan jika 5 persen karyawan di sektor jasa terdampak akibat virus corona, itu berarti 20 juta orang akan kehilangan pekerjaan.
Sementara itu, Konsultan Energi yang berbasis di Beijing JLC Network Technology Co melaporkan bursa saham China mengalami penurunan 15 persen dalam seminggu terakhir.
Benchmark Shanghai Composite juga turun 8,1 persen. Serta saham ritel, layanan konsumen, dan transportasi Shenzhen Composite juga ikut memimpin turun 8,6 persen.
Hal ini dipicu oleh permintaan minyak yang merosot 16 persen sejak China mengidentifikasi virus Corona, sehingga mengganggu ekosistem bisnis. Tak heran Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar mendorong anggota lain untuk mengadakan pertemuan darurat.
IMF Dukung China
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) mendukung penuh upaya China mengatasi dampak wabah virus corona terhadap perekonomian negara tersebut. China dinilai mampu mengatasi ekonominya supaya tidak hard landing.
Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF menyampaikan simpati mendalam kepada orang-orang yang terdampak serius virus corona.
“Kami mendukung upaya-upaya China untuk merespons, termasuk tindakan fiskal, moneter, dan keuangan baru-baru ini. Kami yakin ekonomi China tetap tangguh,” kata Georgieva melalui media sosial Sinai Webo.
Baru-baru ini, Juru Bicara IMF Gerry Rice memberi dukungan bagi China melawan wabah vrisu corona. Dia menyebut pemerintah China menganggap masalah ini dengan sangat serius.
Rice mengatakan China adalah ekonomi besar dengan sumber daya dan tekad untuk secara efektif memenuhi tantangan wabah pneumonia yang disebabkan virus corona baru.
Bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC) sebelumnya mengumumkan untuk memompa ekonomi China senilai 1,2 triliun yuan. Penambahan likuiditas tersebut dilakukan lewat pasar repo.
Selain itu, PBOC juga berencana memberikan dukungan moneter sekaligus insentif kredit kepada perusahaan-perusahaan yang membantu pemerintah untuk memerangi virus corona.
Ekonomi China diperkirakan menerima hantaman yang keras akibat virus corona. Musibah itu membuat kawasan industri di negara tersebut terhenti. Selain itu, pusat keuangan Shanghai dan bisnis manufaktur di wilayah selatan timur juga menutup aktivitas operasi hingga sepekan ke depan.
“Dampak jangka pendek pada pertumbuhan PDB China kemungkinan sangat besar,” tulis Oxford Economics dalam risetnya. (ATN)
Discussion about this post