ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) akan memperbaharui penilaian keberlanjutan utang bagi negara-negara yang memiliki akses ke pasar keuangan. Upaya itu dilakukan agar prediksi risiko krisis keuangan dan transparansi lebih akurat.
Menurut IMF, pembaruan metodologi penilaian utang yang pertama sejak 2013 setelah krisis utang negara Eropa, diharapkan dapat beroperasi pada kuartal keempat 2021 atau kuartal pertama 2022. Menilai keberlanjutan utang suatu negara selalu menjadi lebih banyak seni daripada sains.
“Sistem baru ini bertujuan untuk memasukkan lebih banyak sains ke dalam prosesnya,” kata Wakil Direktur Departemen Strategi, Kebijakan, dan Tinjauan IMF Jeromin Zettelmeyer, dalam pengarahan melalui web, dilansir dari Antara, Kamis (4/2/2021).
Zettelmeyer mengatakan IMF telah merevisi pemodelan faktor terkait utang untuk memberikan kerangka kerja yang lebih akurat yang memungkinkan IMF untuk memperingatkan atau memprediksi krisis dan utang yang tidak berkelanjutan dan berkelanjutan.
Penilaian tersebut penting karena membantu menentukan seberapa banyak suatu negara dapat meminjam dan masih memenuhi persyaratan ketat IMF agar utangnya tidak jatuh ke dalam situasi yang tidak berkelanjutan. Misalnya, IMF enggan memberikan program bailout ke Lebanon sampai utang negara yang ada ditempatkan pada jalur yang berkelanjutan.
“Metode penilaian saat ini memberikan banyak indikator area bahaya potensial bagi negara-negara tetapi meninggalkan banyak keleluasaan bagi staf IMF untuk menilai mereka. Alat dan model baru akan menggabungkan ini menjadi penilaian mekanis keberlanjutan yang secara statistik terdengar lebih transparan,” kata Zettelmeyer.
“Metodologi baru ini juga bertujuan untuk menilai dengan lebih baik kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan bruto, melalui sumber daya likuid, potensi aliran pendapatan baru, dan kekuatan pasar pembiayaan domestiknya,” tambah Wakil Kepala Divisi Departemen Strategi, Kebijakan, dan Tinjauan IMF Manrique Saenz.
Untuk negara-negara yang bergantung pada sumber daya alam, ini bertujuan untuk menilai perubahan iklim dan perubahan permintaan bahan bakar fosil di masa depan dengan lebih baik. Hal ini juga bertujuan untuk lebih menangkap keberlangsungan utang BUMN, baik di sektor keuangan maupun nonkeuangan.
IMF mengatakan kerangka penilaian utang baru dikembangkan setelah konsultasi ekstensif dengan pemangku kepentingan eksternal, pelaku pasar, lembaga pemeringkat, akademisi, Uni Eropa, dan bank sentral Eropa. (ATN)
Discussion about this post