ASIATODAY.ID, JAKARTA – Setelah sempat tertunda akibat pandemi Covid-19, perundingan Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) kembali dilanjutkan.
Delegasi kedua negara sepakat memanfaatkan sarana komunikasi virtual untuk mempercepat upaya peningkatan kinerja perdagangan.
Pada pertemuan ke-3 Trade Negotiating Committee (TNC) IB-PTA, pembahasan difokuskan ihwal draft text perjanjian IB-PTA, akses pasar, dan Rules of Origin (ROO).
Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Ni Made Ayu Marthini dan delegasi Bangladesh dipimpin Additional Secretary Kementerian Perdagangan Bangladesh Muhammad Shahidul Islam.
“Suasananya tentu berbeda dari perundingan tatap muka secara langsung, namun pertemuan berlangsung cukup efektif,” kata Made, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (27/10/2020).
Menurut Made, delegasi kedua negara tetap semangat melakukan perundingan secara daring agar seluruh kesepakatan bisa rampung pada triwulan I-2021.
Kelanjutan pembahasan dinilai penting dalam pertemuan ini untuk mendorong penyelesaian perundingan IB-PTA yang sangat ditunggu oleh para pelaku usaha kedua negara.
“IB-PTA dapat membuka akses pasar yang lebih baik bagi produk unggulan/potensial dari Indonesia ke Bangladesh dan sebaliknya,” jelasnya.
Adapun kesepakatan yang berhasil dicapai kedua negara yaitu merevisi rencana kerja yang akan menjadi acuan untuk menyelesaikan perundingan IB-PTA. Selain itu, melanjutkan negosiasi mengenai request dan offer melalui Kelompok Kerja Trade in Goods (TIG) pada November 2020, serta melanjutkan negosiasi mengenai aturan asal barang melalui Kelompok Kerja ROO pada November 2020.
Perundingan IB-PTA tersebut diluncurkan di Dhaka pada 28 Januari 2018 melalui penandatanganan Joint Statement oleh Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan Bangladesh pada saat Kunjungan Kerja Presiden RI ke Bangladesh.
Perundingan pertama dilakukan di Dhaka, Bangladesh pada 28 Februari 2019 dan perundingan kedua dilaksanakan di Bali, Indonesia pada 22-23 Juli 2019.
Perundingan ketiga seharusnya kembali dilaksanakan di Dhaka pada Februari 2020. Akan tetapi pertemuan tertunda karena Covid-19 dan baru dapat terlaksana secara virtual pada 21-22 Oktober 2020. Putaran perundingan ke-4 direncanakan tetap diadakan secara daring, mengingat masih dalam suasana pandemi.
“Kami akan tetap memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mengejar ketertinggalan karena sempat tertunda di awal pandemi. Kedua delegasi menargetkan finalisasi teks perjanjian dan daftar produk yang tercakup dalam perjanjian pada putaran perundingan berikutnya,” pungkas Made. (ATN)
Discussion about this post