ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan untuk menguasai 50 persen pasar lobster internasional pada 2024 mendatang.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan fokus mendorong pengembangan produksi lobster dalam negeri.
Menurut Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief Widjaja, pengembangan produksi lobster sudah dimulai dari larangan ekspor benih lobster.
Melalui larangan itu, benih lobster akan dibudidayakan dalam negeri hingga mencapai lobster skala konsumsi dengan berat 300 gram-500 gram.
“Langkah itu bisa menggenjot produksi lobster dalam negeri dari saat ini sekitar 2.000 ton menjadi 22 ribu ton pada 2024 mendatang. Jika Indonesia mampu memproduksi 22 ribu ton lobster untuk kemudian diekspor, maka Indonesia mampu menguasai 40 persen-50 persen pasar lobster global yang volumenya mencapai 51 ribu ton,” ujarnya Sabtu (6/3/2021) di forum Rapat Kerja Nasional Hipmi.
KKP menargetkan produksi lobster mencapai 5.480 ton senilai USD123,1 juta pada tahun ini. Selanjutnya, meningkat menjadi 10.880 ton senilai USD244,8 juta tahun depan dan 16.280 ton senilai USD366,4 juta di 2023. Hingga akhirnya, produksi lobster Indonesia bisa mencapai 22.655 ton senilai USD509,8 juta di 2024.
Strategi kedepan kata dia, pemerintah akan menentukan sentra-sentra budi daya lobster dalam negeri, antara lain di Lombok Timur, Jawa Timur bagian selatan, Aceh, dan Jawa Barat bagian selatan.
Selain lobster, komoditas unggulan yang akan menjadi fokus lainnya adalah udang dan rumput laut. Ia menuturkan pemerintah akan menggenjot produksi udang menjadi 2 juta ton pada 2024 mendatang. Saat ini, produksinya sendiri baru mencapai 856 ribu ton.
“Strtateginya, kami mulai akan pilih tambak udang di Indonesia untuk dijadikan kawasan tambak estate. Pemerintah akan membangun infrastrukturnya, jalan produksi, irigasi, tandon sumber air, pakan, benih unggul, sedangkan sektor swasta bisa masuk sebagai pengelola,” ujarnya.
Pemerintah juga akan mendorong industri pengolahan rumput laut. Sebab Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar rumput laut yakni 195 ribu ton atau 25 persen dari pangsa pasar global.
Namun yang terjadi saat ini, ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah.
Ironisnya, Indonesia mengimpor olahan rumput laut sudah jadi seperti nori untuk kebutuhan makanan dalam negeri.
“Kita ekspor ke Jepang, kemudian Jepang buat jadi nori kemudian kita impor nori. Semua Hokben, sushi segala macam semua pakai nori. Ini tantangan kita, mengapa kita tidak buat sendiri,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post