ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan, ekonomi Indonesia bias stabil kembali tahun depan setelah terdampak pandemi Covid-19 . Kuncinya, arus investasi harus signifikan.
Menurut Plt Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, setidaknya Indonesia butuh investasi hingga Rp5.900 triliun agar pertumbuhan ekonomi bias tumbuh jadi 5 persen.
“Ekonomi Indonesia bias tumbuh 5 persen, kuncinya dibutuhkan investasi sebesar Rp5.800 triliun hingga 5.900 triliun,” jelas Amalia dalam sesi teleconference, Selasa (22/12/2020).
Kebutuhan investasi tersebut sebagian besar akan dikontribusikan oleh sektor swasta. “Dengan demikian, sektor swasta memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021,” imbuhnya.
Amalia optimis, pemasukan investasi Indonesia pada 2021 akan mengalami pemulihan dengan pertumbuhan 6,4 persen. Peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan memberikan kontribusi 31,5 persen.
Karena itu, Amalia berharap agar investasi domestik terus meningkat, dengan perkiraan nilai penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN) untuk industri pengolahan mencapai Rp270 triliun.
“Investasi ini tentunya akan didukung implementasi Undang-Undang Cipta Kerja, dan iklim ketenagakerjaan yang kondusif terhadap investor,” ujar Amalia.
SWF Indonesia Jadi Kunci
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, Sovereign Wealth Fund (SWF) yang disebut dengan Indonesia Investment Authority (INA) menjadi instrumen utama untuk menarik investasi asing.
Sejauh ini, sudah ada dua negara yang menanamkan investasinya melalui Sovereign Wealth Fund (SWF), yakni Jepang dan Amerika Serikat (AS).
Airlangga mengungkapkan, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) bersedia menanamkan investasi sebesar USD4 miliar atau sekitar Rp56,4 triliun (kurs Rp 14.100), dan Amerika Serikat melalui International Development Finance Corporation (DFC) bersedia berinvestasi senilai USD2 miliar atau sekitar Rp28 triliun.
“Kita sudah ada komitmen dari berbagai negara, seperti Jepang, melalui JBIC sudah USD4 miliar dan DFC Amerika Serikat USD2 miliar,” ujar Airlangga dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2021, di Jakarta, Selasa (22/12/2020).
Secara keseluruhan total nilai komitmen investasi dari kedua negara yang bakal dikelola oleh INA tersebut mencapai USD 6 miliar atau sektiar Rp84,6 triliun. (ATN)
Discussion about this post