ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan Singapura meminta warganya agar segera meninggalkan Myanmar demi alasan keamanan.
Berdasarkan keterangan dari Kementerian Luar Negeri pada Jumat (5/3/2021) dini hari, KBRI Yangon telah menyampaikan imbauan kepada WNI agar tetap tenang dan berdiam diri di kediaman masing-masing, menghindari bepergian, termasuk ke tempat kerja jika tidak ada keperluan sangat mendesak.
“Sedangkan bagi WNI beserta keluarganya yang tidak memiliki keperluan yang esensial, dapat mempertimbangkan untuk kembali ke Indonesia dengan memanfaatkan penerbangan komersial yang saat ini masih tersedia,” demikian pernyataan resmi Kemlu.
Kendati demikian, menurut pemantauan Kemlu dan KBRI Yangon, saat ini dipandang belum mendesak untuk melakukan evakuasi WNI. Dengan memperhatikan perkembangan situasi terakhir dan sesuai rencana kontijensi, saat ini KBRI Yangon telah menetapkan status Siaga II.
Kemlu dan KBRI Yangon terus memantau perkembangan situasi di Myanmar. Bagi WNI di Myanmar yang membutuhkan bantuan dapat menghubungi hotline KBRI Yangon pada +95 9 503 7055 atau hotline Perlindungan WNI Kemlu pada +62 812-9007-0027.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Singapura pada Kamis, 4 Maret 2021, mengimbau masyarakat Singapura yang tinggal atau sedang berada di Myanmar, agar mempertimbangkan untuk segera meninggalkan negara yang dulu bernama Burma itu. Singapura meminta warga negaranya di Myanmar untuk segera meninggalkan Myanmar selagi bisa.
“Ketegangan yang meningkat akibat bentrokan antara demonstran dengan aparat keamanan, serta naiknya jumlah warga sipil yang menjadi korban, maka Kementerian Luar Negeri sangat menyarankan warga Singapura untuk menunda semua perjalanan menuju ke Myanmar,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Singapura.
Sedangkan warga negara Singapura yang saat ini sedang berada di Myanmar, sebaiknya mempertimbangkan untuk segera meninggalkan negara itu segera selagi bisa menggunakan penerbangan komersial mumpung masih bisa diakses.
“Warga negara Singapura yang memilih untuk tetap berada di Myanmar, kami sangat menyarankan agar tetap berada di rumah sebisa mungkin dan menghindari perjalanan yang tidak mendesak, khususnya di area – area di mana unjuk rasa terjadi,” demikian keterengan Kementerian Luar Negeri Singapura.
Warga negara Singapura yang memilih bertahan di Myanmar, diimbau tetap waspada dan memantau pemberitaan media lokal dengan ketat. Bukan hanya itu, warga negara Singapura di Myanmar pun diminta melakukan lapor diri di situs resmi Kementerian Luar Negeri Singapura supaya mereka bisa dihubungi dengan mudah jika ketegangan meningkat.
Warga Singapura di Myanmar yang membutuhkan bantuan, juga dipersilakan menghubungi kantor Kedutaan Besar Singapura di Kota Yangon.
Seperti diketahui, Yangon dan beberapa kota lainnya menjadi titik unjuk rasa pro demokrasi terparah setelah adanya kudeta militer sejak 1 Februari. PBB melaporkan, sedikitnya 38 orang tewas pada Rabu, menjadikan hari “paling berdarah” pada krisis Myanmar.
Pemerintah militer menentang kecaman internasional atas kudeta dengan tindak kekerasan. (ATN)
Discussion about this post