ASIATODAY.ID, PALEMBANG – Bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia kian mengkhawatirkan.
Tercatat, Sebanyak 2.188 balita di Sumatera Selatan menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat terpapar kabut asap dari karhutla.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas kesehatan Sumsel Mulyono mengatakan kejadian karhutla di sejumlah wilayah di Sumsel telah menyebabkan kabut asap pekat.
“Hal ini tentunya berdampak pada meningkatnya jumlah penderita ISPA, khususnya bagi balita,” katanya di Palembang, Sabtu (14/9/2019).
Menurut Mulyono, tingginya penderita ISPA pada balita karena gizi yang diterima digunakan untuk imunitas dan pertumbuhan. Sehingga ketahanan tubuh yang dimiliki lebih rendah ketimbang orang dewasa.
“Hal itu membuat balita lebih rentan terkena ISPA. Selain faktor lingkungan, faktor udara yang tak sehat juga bisa menjadi penyebabnya,” jelasnya.
Dia menerangkan Dinkes Sumsel telah menerbitkan surat edaran ke seluruh kabupaten/kota yang terdampak kabut asap agar mengantisipasi pencegahan ISPA selama musim kemarau. Edaran meminta seluruh Dinas Kesehatan menyiagakan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Posko Kesehatan Desa (Poskesdes), Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit.
“Bila terjadi peningkatan kasus ISPA, pneumonia, konjutivitis, diare, dan lainnya agar dilakukan surveilans kesehatan di daerah tersebut dan melakukan langkah pengendalian dengan cermat,” bebernya.
Dinkes mencatat sebanyak 2.188 balita terkena ISPA sejak pekan keempat Agustus hingga 2 September 2019. Palembang menjadi kota tertinggi penderita ISPA mencapai 276 balita usia di bawah satu tahun. Kemudian di usia satu sampai lima tahun, mencapai 819 balita.
Kabupaten Ogan Ilir juga memiliki penderita ISPA pada balita terbanyak kedua, dengan total 483 balita. Lalu. Kabupaten Musi Banyuasin dengan jumlah 375 balita. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post