ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi global coronavirus (Covid-19) memicu lonjakan sampah medis dan plastik di Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat selama pandemi Covid-19, terjadi peningkatan timbunan sampah medis sebesar 30 persen sampai 50 persen.
“Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat terjadi peningkatan timbunan medis berkisar 30-50 persen,” kata Kasubdit Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 KLHK, Ujang Solihin Sidik, dalam Diskusi Daring Jurnalis: Pandemi Covid-19 dan Ekonomi Sirkular, Jakarta, Senin (11/1/2021).
Menurut Ujang, selama pandemi Covid-19 terjadi timbunan sampah Alat Pelindung Diri (APD) di Teluk Jakarta. Hasil riset menunjukkan komposisi sampah APD berbahan plastik yang dibawa aliran sungai mencapai 16 persen.
“Hasil riset menunjukkan, komposisi sampah APD berbahan plastik yang dibawa aliran sungai sebesar 15-16 persen. Padahal keberadaan sampah APD di aliran sungai tidak ditemukan sebelum pandemi Covid-19,” jelas Ujang.
Dalam periode yang sama, sampah plastik mendominasi jenis sampah yang masuk ke aliran sungai yang menuju Teluk Jakarta. Volume sampah meningkat 46 persen dan menurut berat naik 57 persen.
“Sampah yang masuk ke aliran sungai meningkat secara volume namun menurun secara berat,” jelasnya.
Tak hanya di Teluk Jakarta, hasil penelitian Institut Teknologi Surabaya (ITS) juga menunjukkan peningkatan komposisi sampah plastik di TPA Benowo, Surabaya. Tahun 2013 terjadi peningkatan sampah 12,96 persen. Kini pada tahun 2020 meningkat menjadi 22,01 persen.
“Peningkatan sampah plastik juga terjadi di TPA Benowo, dari 12,96 persen pada tahun 2013 menjadi 22,01 persen di tahun 2020,” urainya.
Sementara itu, berdasarkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan bahwa sampah plastik bertambah di tengah pembatasan sosial. Alasannya, sebagian besar masyarakat melakukan belanja online yang pengemasannya menggunakan plastik. Hal tersebut terungkap berdasarkan riset LIPI pada medio April-Mei 2020.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya transaksi belanja online berbentuk paket meningkat 62 persen. Sedangkan belanja online berbentuk layanan antar makanan siap saji naik 47 persen.
Dilihat dari frekuensinya, belanja online selama masa pandemi naik menjadi 1-10 kali dalam sebelum dari sebelumnya hanya 1-5 kali per bulan.
Akibat dari peningkatan bisnis toko online ini berdampak langsung pada peningkatan jumlah sampah palstik di rumah tangga. Sebab adanya penggunaan kemasan, pembungkus, bubble wrap dan kantong plastik saat pengemasan produk yang dibeli. (ATN)
Discussion about this post