ASIATODAY.ID, ABU DHABI – Indonesia mendorong komunitas internasional untuk mencegah eskalasi konflik di Timur Tengah pasca serangan drone Amerika Serikat (AS) yang menewaskan jenderal senior Iran, Qassem Soeleimani, di Baghdad, Irak, awal bulan ini.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, Indonesia sudah berbicara dengan Amerika Serikat, dengan Iran di tingkat Dewan Keamanan, dan sudah berusaha untuk men-deputation, meng-encourage semua pihak agar eskalasi yang lebih buruk tidak terjadi lagi.
“Saya melakukan pembicaraan per telepon pada tanggal 8 malam berarti 9 pagi, karena pada saat itu Menteri Luar Negeri Vietnam baru mendarat di New York. Vietnam untuk bulan Januari ini bertindak sebagai Presiden dari Dewan Keamanan PBB. Saya melakukan pembicaraan, saya mengulangi lagi spot Indonesia terhadap presidency Vietnam,” kata Menlu kepada wartawan di Emirate Palace, Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/01/2020) malam, sebagaimana dituangkan dalam keterangan tertulis setkab, Senin (13/01/2020).
Indonesia, lanjut Menlu, mengharapkan Vietnam juga menggunakan pengaruhnya sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB agar semua pihak yang terkait dapat menahan diri sehingga tidak terjadi lebih buruk lagi.
“Kita cukup banyak untuk mengirimkan pesan, untuk meng-encourage agar eskalasi yang lebih jelek tidak terjadi lagi,” tegas Menlu.
Mengenai apakah masalah tersebut dibicarakan dengan Uni Emirat Arab (UEA), Menlu Retno Marsudi mengemuakan, pada pertemuan dengan Menlu UEA dirinya juga membahas masalah tersebut, dan prinsip keduanya sama.
“Kita tidak ingin situasi menjadi lebih memburuk,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun, sambung Menlu, juga sedikit menyinggung masalah ketegangan di Timur Tengah tersebut dalam pertemuan dengan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed (MBZ). Namun pembahasan ini tidak fokus, karena fokus pembahasan dalam pertemuan keduanya lebih kepada masalah ekonomi.
Ribuan WNI
Ditegaskan Menlu, semua negara khawatir dengan kemungkinan terjadinya perang terbuka antara AS dan Iran. Indonesia pun yang posisinya jauh juga khawatir karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.
“Perang itu akan berpengaruh pasti terhadap ekonomi dunia yang sudah tanpa perang pun sudah tertekan, tertekan terus ke bawah,” kata Menlu.
Bagi Indonesia, menurut Menlu, yang sangat langsung adalah nasib warga negara Indonesia.
Menurut data yang ada, jumlah WNI yang ada di Iran lebih dari 400 jiwa. Sementara yang di Irak lebih dari 800 jiwa. Namun diperkirakan jumlah yang ada pasti lebih besar dari data tersebut.
“Belum lagi kita bicara mengenai WNI yang tinggal di sekitar wilayah itu yang kalau ditotal bisa jumlahnya jutaan. Jadi, kalau situasinya tidak dapat dieskalasi, diredakan maka pasti akan terpengaruh kepada warga negara kita, tetapi sekali lagi untuk antisipasi,” tandas Menlu. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post