ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks dalam keamanan siber.
Kompleksitas ini makin meningkat sejak akhir tahun 2019, ketika dunia disibukkan dengan merebaknya kasus COVID-19. Sejak itu terjadi percepatan transformasi digital yang sangat cepat.
Dengan batasan sosial yang mengurangi pertemuan fisik, menjadikan pertemuan virtual (digital) untuk kepentingan pekerjaan dan sekolah menjadi hal yang biasa. Hal ini tentu saja berimplikasi besar pada seberapa siap organisasi mempersiapkan infrastruktur cybersecurity-nya.
Menurut Deputi Bidang Proteksi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Akhmad Toha, ruang siber Indonesia yang luas, multi dimensi dan multi sektor, serta ancaman serangan yang meningkat, membutuhkan perhatian semua pihak.
BSSN akan terus mewujudkan Pilar Pertama Strategi Keamanan Siber Nasional, yaitu Ketahanan Siber Indonesia.
“Salah satu tantangan terbesar dalam mewujudkan keamanan siber adalah kompleksitas lanskap yang disebabkan oleh jenis penyerang, dampak yang ditimbulkan serangan, serta target serangan yang sangat beragam di ruang siber,” kata Toha dalam siaran pers, Rabu (27/1/2021).
Toha memandang, pada era digital saat ini, masyarakat memerlukan pengetahuan yang cukup terkait manfaat maupun kerentanan yang ada di ruang siber.
Sementara itu, President Cloud and AI Business Group Huawei Indonesia, Jason Zhang berkomitmen dalam mengintegrasikan kepatuhan keamanan siber sebagai bagian integral dari bisnis dan layanan perusahaan.
“Selain itu kami juga telah mengikuti assessment yang diterapkan oleh BSSN. Kami percaya dalam waktu dekat ketahanan keamanan siber akan menjadi praktik standar keamanan informasi keamanan yang diwajibkan bagi semua perusahaan dan organisasi di Indonesia untuk memastikan keamanan penyimpanan data pelanggan,” kata Zhang.
Huawei menjadikan kepercayaan sebagai aspek terpenting dari solusi Cloud. Perusahaan diklaim telah membangun cloud public yang kredibel secara global yang menampilkan keamanan, kepatuhan, privasi, transparansi, dan ketahanan.
“Kami akan terus berbagi pengetahuan tentang teknologi baru dan risiko keamanan siber yang berpotensi muncul di masa depan dan harus diantisipasi dari sekarang, serta mendorong kolaborasi inovatif,” ujarnya. (ATN)
Discussion about this post