ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkolaborasi dengan Swiss dalam upaya mengatasi defisit tenaga kerja di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia yang terjadi setiap tahunnya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Arus Gunawan, mengungkapkan bahwa industri TPT masih kekurangan sekitar 135.000 tenaga kerja.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah membangun Career Development Center (CDC) Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian dengan menggandeng salah satu negara dari Eropa, yaitu Swiss.
“CDC merupakan proyek bilateral antara Swiss dan Indonesia, serta diintegrasikan dengan konsep yang telah disusun oleh tim developer unit pendidikan BPSDMI,” ujar Arus dalam siaran pers, Sabtu (27/8/2022).
CDC akan menjadi integrated platform sekaligus role model bagi instansi lainnya dalam hal peningkatan kualitas tenaga kerja di industri TPT.
Terdapat beragam fitur yang dirancang di sistem CDC untuk membantu peserta didik dalam perjalanan karir mereka, di antara lain fitur lowongan kerja, klinik vokasi industri, tes minat dan bakat, dan beasiswa.
CDC dinilai memberikan angin segar bagi industri karena perusahaan bisa mendapatkan tenaga kerja yang lebih tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan.
“Selain itu, CDC bisa menjadi wadah atau sarana masukan terkait SDM industri,” sambungnya.
Menurut keterangan Arus, saat ini sebanyak 63,6 persen unit pendidikan tinggi Kemenperin telah menerapkan CDC.
Selain itu, peningkatan kualitas pendidikan politeknik melalui penyelenggaraan pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja untuk memenuhi tenaga kerja industri TPT tingkat operator.
Guna dapat mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja dari lulusan unit pendidikan vokasi industri, Kemenperin melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) BPSDMI menghadirkan Career Development Center (CDC) Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian.
“CDC dibangun dengan konsep yang dibuat oleh Skills for Competitiveness (S4C), yang merupakan proyek bilateral antara Swiss dan Indonesia, serta diintegrasikan dengan konsep yang telah disusun oleh tim developer unit pendidikan BPSDMI,” jelas Arus.
CDC akan menjadi integrated platform sekaligus ikon BPSDMI Kemenperin yang juga menjadi role model bagi instansi lainnya. Ada beragam fitur yang dirancang di sistem CDC untuk membantu peserta didik dalam perjalanan karir mereka, seperti fitur Lowongan Kerja, Klinik Vokasi Industri, Tes Minat dan Bakat, Lowongan Prakerin, Kewirausahaan, Beasiswa, dan lain-lain.
Selain bermanfaat bagi peserta didik, CDC dapat memberikan angin segar bagi industri karena dengan kehadiran program tersebut, perusahaan bisa mendapatkan tenaga kerja yang lebih tepat sasaran sesuai kebutuhan. Selain itu, CDC bisa menjadi wadah atau sarana masukan terkait SDM industri.
“Pemaparan CDC di Temu Industri Akom Tekstil Surakarta beberapa waktu lalu, diharapkan dapat semakin memperkenalkan program tersebut kepada industri, sehingga partisipasi industri dalam program CDC semakin meningkat,” papar Arus.
Selain itu, sosialisasi juga dilakukan agar unit pendidikan vokasi industri Kemenperin dapat segera menerapkan CDC di satuan kerjanya. Saat ini, sebanyak 63,6% unit pendidikan tinggi Kemenperin telah menerapkan CDC.
Kepala BPSDMI juga mendorong agar Akom Tekstil Surakarta dapat mengimplementasikan Corporate University (CorpU). BPSDMI CorpU berperan sebagai strategi pengembangan pembelajaran individu dan organisasi, dengan pemanfaatan manajemen ilmu pengetahuan dan program-programnya yang berfokus pada tujuan dan strategi organisasi.
“Saya mengingatkan para dosen agar terus mendorong implementasi kebijakan Corporate University di Akom ITPT Surakarta. Karena kebijakan ini telah ditetapkan sejak akhir tahun lalu dan rencana tindak serta target waktu pelaksanaan juga sudah diisi,” pungkas Arus. (ATN)
Discussion about this post