ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia sebagai negara kepulaun terbesar di dunia yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, utamanya sektor perikanan, sudah selayaknya menjadi contoh bagi negara lainnya dalam memanfaatkan potensinya.
“Tidak ada negara yang lebih besar dari kita. Maka jangan pernah mencoba mencari contoh ke negara lain, kita harus menciptakan contoh, kita harus menjadi trendsetterr,” kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Basilio Dias Araujo saat berbicara di forum seminar yang digelar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya secara virtual, Jakarta, Senin (4/10/2021).
Menurut Basilio, berdasarkan data dan fakta yang ada menempatkan Indonesia masuk ke dalam 10 besar atau top 10 negara yang memiliki potensi perikanan tangkap di dunia. Selain potensi ikan yang kaya, keistimewaan lain yang dimiliki ialah adanya beberapa wilayah pengolahan perikanan.
“Ada peluang, tinggal kita memanfaatkannya,” ujarnya.
Menurut dia, dengan potensi itu maka Indonesia juga memiliki potensi pasar yang cukup besar baik di dalam negeri maupun internasional atau mancanegara untuk perikanan tangkap laut serta perikanan budidaya.
Dengan adanya potensi ini, Deputi Basilio pun mengajak para mahasiswa dan Universitas Brawijaya memikirkan bagaimana cara memanfaatkan potensi besar itu dan membantu nelayan agar mampu meningkatkan hasil tangkapannya.
“Bisa bepikir ke arah itu, bagaimana menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif kita. Ada jutaan ton ikan disana,” jelasnya.
Ia memandang potensi pasar tuna global juga sangat menjanjikan bagi Indonesia sehingga besar sekali peluang untuk menguasainya. Sebab, berdasarkan data Statistics International Trade Centre dan The United Nations Commodity Trade Statistics Database (UN Comtrade) nilai ekspor tuna Indonesia pada 2018 masuk peringkat ke-6 dunia, setelah Thailand, Ekuador, Spanyol, China, dan Taiwan.
“Thailand bisa menjadi eksportir tuna, seharusnya kita bertanya-tanya atau kenapa ekspornya bisa lebih banyak dari kita?” sebutnya.
Terkait potensi perikanan Kabupaten Malang, Deputi Basilo menuturkan bahwa posisi Malang menghadap titik WPP 573 atau wilayah perairan yang dominasi oleh ikan pelagis besar seperti tuna. Sehingga potensi sumber daya perikanannya kaya jika dibandingkan daerah lain di wilayah Jawa Timur.
“Malang memiliki Daerah Penangkapan Ikan mencapai 219.000 km². Menangkap ikan tuna saja kita akan dapat triliunan rupiah. Disinilah butuh dukungan Universitas Brawijaya, bagaimana memperkuat wilayah-wilayah kita untuk bisa membantu meningkatkan hasil tangkapan nelayan,” harapnya.
Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto menyambut baik atas digelarnya seminar bertema “Fish Processing Products in The Global Food Industry” ini. Ia memandang, forum ini merupakan bentuk kehadiran dan sumbangsih perguruan tinggi dalam membantu pemerintah untuk memafaatkan potensi yang dimiliki selama ini.
“Ini merupakan wujud pengaktualisasian dari tri dharma perguruan tinggi,” kata Didik.
Sebagai derah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, Kabupaten Malang menjadi salah satu daerah yang memiliki potensi yang luar biasa di sektor perikanan.
“Baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Tahun 2020 produksi perikanan budidaya Kabupaten Malang mencai 476,5 ton dan perikanan tangkap laut mencapai 13.693 ton,” sebutnya.
Sementara itu, Dekan FPIK Universitas Brawijaya Maftuch, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari 3in1 Program Studi Teknologi Hasil Perikanan 2021 di kampusnya. Ini adalah program kolaboratif yang dilakukan pihaknya untuk meningkatkan kompetensi baik dosen maupun mahasiswanya. (ATN)
Discussion about this post