ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia siap mengimplementasikan penggunaan bahan bakar solar campuran minyak kelapa sawit 40 persen (B40) mulai tahun depan.
B40 ini merupakan kelanjutan dari program B30 yang saat ini sudah diterapkan dan diharapkan mampu memangkas ketergantungan impor solar.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini pemerintah telah menyiapkan peta jalan (roadmap) program B40.
Agar program ini berjalan mulus, Airlangga mendorong Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengambil peran dalam menjalankan program ini.
“Kita mendorong BPPT bisa menyiapkan uji coba, sehingga pada Juli 2021 program ini bisa diimplementasikan,” kata Airlangga melalui keterangan tertulisnya, Selasa (25/2/2020).
Airlangga menjelaskan, pemerintah juga telah mengajak peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan uji coba B100 yang rencananya akan digelar di dua wilayah yakni Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan dan Kabupaten Pelalawan Riau.
“Dalam situasi global seperti sekarang, tidak banyak negara yang bisa menerapkan B100 karena keterbatasan bahan baku. Kalau Brazil bisa mendorong industri ethanol yang berbasis tebu, seharusnya Indonesia bisa mendorong B100 dari basis kelapa sawit,” imbuhnya.
Bukan hanya bahan bakar berbasis kelapa sawit (CPO), pemerintah juga mendorong hilirasi industri mineral untuk mengurangi impor. Misalnya saja hilirisasi bauksit di Kalimantan Barat maupun Pulau Bintan yang bisa menghasilkan 1 juta ton aluminium pada 2021.
“Sedangkan hilirisasi dari nikel ore diharapkan produksi stainless steel juga akan meningkat dan bahkan target ekspor sampai sekarang sudah mencapai USD7 miliar. Diharapkan dengan diselesaikan satu project lagi di Morowali itu, karbon steel yang diproduksi bisa menambah sekitar USD3 miliar,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post