ASIATODAY.ID, JAKARTA – Konfrontasi dua negara besar Amerika Serikat dan China turut mendorong terjadinya pergeseran strategis dalam rantai nilai manufaktur dan logistik ke Asia Tenggara (ASEAN).
Indonesia cukup diuntungkan dengan ketegangan itu, bahkan Indonesia diproyeksi akan memimpin pertumbuhan tahunan gabungan (compound annual growth rate/CAGR) di bidang properti logistik sebesar 41 persen dari 2015 hingga 2025 karena memperluas cakupan pergudangan ke kota-kota lapis kedua, bahkan hingga perdesaan.
Laporan Riset Grup DBS mengungkapkan, Mapletree Logistics Trust (MLT), Westports, ESR Cayman, pengembang kawasan industri Thailand Amata, serta Logistik Reits Thailand (perwalian investasi real estat), Hemaraj Reit, dan WHA Premium Reit, menyebut Indonesia sebagai “permata” untuk berinvestasi di industri logistik di ASEAN.
Mengutip The Business Times, Rabu (14/10/2020), para analis yang menulis laporan tersebut percaya bahwa ASEAN menawarkan resep yang tepat untuk pertumbuhan “eksplosif” dalam e-commerce, dengan poros dalam rantai nilai manufaktur menguntungkan Vietnam, Indonesia, dan Thailand, sementara Singapura dan Malaysia tetap menjadi pusat logistik utama di kawasan itu.
Penggerak pertumbuhan sektor logistik ASEAN termasuk kemakmuran yang meningkat di kawasan ini, populasi muda yang cukup besar, serta konektivitas digital yang tinggi dan penetrasi seluler, yang menjadikannya salah satu pasar yang paling menarik.
Studi terbaru yang diprakarsai oleh Google dan Temasek memperkirakan pasar e-commerce di Asia Tenggara akan berada pada tingkat CAGR sebesar 34 persen menjadi USD102 miliar pada 2025.
Indonesia diprediksi memimpin pertumbuhan ini dengan CAGR 41 persen dari 2015 hingga 2025 karena memperluas cakupannya ke kota-kota lapis kedua dan daerah pedesaan yang menawarkan potensi pertumbuhan yang besar.
Tren ini diperkirakan dipercepat setelah Covid-19 membuat lebih banyak bisnis terjun ke e-commerce untuk bertahan dalam ekosistem ritel, dan langkah-langkah jarak sosial serta penguncian terus memaksa bisnis untuk berinovasi.
Konsumen memiliki kesempatan untuk mencoba yang terbaik dari apa yang dapat ditawarkan oleh e-commerce selama pandemi dan akan membentuk kebiasaan baru hanya untuk membeli online untuk menghindari keramaian.
“Meski itu kemungkinan akan berkurang (setelah pandemi berlalu), pengiriman langsung ke depan pintu sudah terasa nyaman dan kami berharap tren ini berlanjut setelah Covid-19,” urai studi tersebut.
Dengan peningkatan konsumsi, permintaan untuk rantai pasokan modern dan ruang logistik juga tumbuh secara eksponensial, itulah sebabnya banyak penerima manfaat yang mengantisipasi dari e-commerce yang berkembang adalah pemilik real estate dari fasilitas logistik dengan spesifikasi modern.
Spesifikasi tersebut termasuk ramp untuk gudang bertingkat, pelat lantai besar dengan kapasitas muat lebih tinggi, langit-langit tinggi, serta ruang besar untuk mengakomodasi tingkat inventaris yang lebih tinggi guna mencapai waktu pengiriman yang lebih singkat. (ATN)
Discussion about this post