ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kegagalan Indonesia menyerap 33 perusahaan China karena lebih memilih berinvestasi di Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Thailand, seolah menampar wajah pemerintah Indonesia. Padahal selama ini, Indonesia getol menjalin kolaborasi dengan China diberbagai aspek.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, saat ini pemerintah akan fokus menawarkan investasi ke China, salah satunya investasi baterai mobil listrik.
Menurut Luhut, investasi baterai ditawarkan mengingat sektor tersebut saat ini menjadi keunggulan Indonesia dibanding negara lain di Asia Tenggara. Sekitar 80 persen material baterai lithium terdapat di Indonesia.
Jauh sebelum polemik 33 perusahaan China tidak memilih Indonesia, sebenarnya, sudah banyak minat investasi baterai lithium dari China yang masuk ke Indonesia. Investasi tersebut khususnya mengalir ke kawasan industri Morowali, Sulawesi Selatan.
“Tanpa disadari, sudah ada lebih dari 11 perusahaan yang masuk di sana karena mereka ada barangnya di luar, relokasi ke kita,” terang Luhut di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Salah satu investasi baterai lithium bernilai besar yang tengah dipantau pemerintah adalah pabrik senilai US$4 miliar atau setara US$56 triliun di Morowali. Investasi itu digelontorkan oleh perusahaan asal China bernama Contemporary Amperex Technology (CATL) yang bekerja sama dengan LG, Mercedes-Benz, dan Volkswagen.
Proyek tersebut sudah melakukan peletakan batu pertama dan akan merealisasikan investasi tahap pertama sebesar US$1 miliar atau Rp14 triliun terlebih dulu.
“Kenapa dia (konsorsium tersebut) mau bikin di Indonesia, karena material baterai lithium ada di Indonesia. Itu nanti gabungan antara Mercedes, Volkwagen, ia masuk ke sini,” paparnya.
Berkaca pada hal tersebut, pemerintah seharusnya fokus menawarkan sektor industri unggulan ke China daripada terus berpolemik mengenai gagalnya Indonesia menarik minat 33 perusahaan yang relokasi dari China gara-gara terlibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Luhut memandang, Indonesia tidak perlu kecewa karena sebenarnya masih kecipratan investasi China.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asal China mencapai US$2,28 miliar sepanjang semester I 2019, atau meningkat 70,15 persen dibanding tahun sebelumnya US$1,34 miliar.
Luhut menilai, kekesalan Presiden Joko Widodo ada benarnya. Sangsinya perusahaan China pindah ke Indonesia memang diakuinya disebabkan oleh perizinan yang berbelit-belit. Karena itu, pemerintah berjanji untuk memotong segala regulasi yang menghambat investasi.
“Makanya sekarang oleh presiden, itu mau dipotong semua, kita Indonesia harus tiru Vietnam, Thailand, Singapura, Malaysia, itu saja benchmark kita,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post