ASIATODAY.ID, JAKARTA – Industri perbankan digital di Singapura saat sedang bergairah. Pasalnya, pengajuan lisensi aplikasi perbankan dari berbagai pelaku industri kian progresif.
Melihat antusiasme itu, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mulai mempersiapkan pengembangan industri perbankan digital sebagai bentuk persaingan bisnis baru di negara itu.
Sejauh ini, sudah ada 21 kelompok perusahaan yang mengajukan lisensi perbankan digital, termasuk dari perusahaan e-commerce, teknologi, dan telekomunikasi.
“Saat ini, MAS sudah menerima berbagai permohonan untuk lisensi aplikasi digital, 7 dari bank penuh digital dan 14 untuk izin bank wholesale,” demikian pernyataan resmi MAS yang dilansir Bloomberg, Selasa (07/01/2020).
Varun Mittal, mitra rekanan di perusahaan konsultan EY di Singapura, menilai Singapura merupakan pasar yang menarik bagi pemain baru. Alasannya, rekam jejak operasional di Singapura dapat menjadi bukti bagi regulator perbankan lain di Asia Tenggara ketika pasar-pasar itu terbuka untuk bank-bank digital.
Pada Juni 2019, MAS juga telah mengumumkan rencana menerbitkan lima lisensi bank digital baru bagi perusahaan non-bank guna memperkuat persaingan dalam layanan keuangan. MAS direncanakan memberitahu hasilnya pada Juni 2020 dan kelompok usaha yang berhasil mendapatkannya diharapkan dapat memulai bisnis mereka pada pertengahan 2021.
Beberapa perusahaan, termasuk Grab Holdings Inc., Razer Inc., dan Ant Financial yang disokong Alibaba, telah mengumumkan pengajuan lisensi dalam beberapa hari terakhir.
“Jumlah pihak yang berminat sangat tinggi, mengingat terbatasnya ketersediaan izin Singapura. Jika dibandingkan dengan Hong Kong, ada 29 kelompok yang mengajukan lisensi dari 8 slot yang diberikan tahun lalu,” jelas Mittal.
Meski diakui ada tantangan bagi pendatang baru, namun ia memandang hal itu akan memperlihatkan profitabilitas dalam jangka panjang.
“Satu hal utama untuk diperhatikan adalah keberlanjutan jangka panjang dan kelangsungan hidup bank digital baru, karena secara global sebagian besar dari mereka belum menguntungkan,” papar Mittal.
Menurut dia, jika terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, bank digital baru dapat langsung menghadapi tantangan operasional.
Bank yang beroperasi penuh secara digital akan membutuhkan modal senilai total 1,5 miliar dolar Singapura atau sebesar US$1,1 miliar dan harus dikendalikan oleh warga Singapura. Mereka akan diizinkan untuk menyediakan berbagai layanan keuangan serta menyimpan tabungan nasabah ritel.
Di sisi lain, ada tiga izin bank digital wholesale yang ditawarkan, terbatas pada klien korporat dan membutuhkan modal minimum 100 juta dolar Singapura. Izinnya terbuka untuk perusahaan lokal dan asing.
Menurut laporan yang dikeluarkan Bain & Co., Google, dan Temasek Holdings Pte., pasar pinjaman digital Asia Tenggara diperkirakan tumbuh lebih dari 4 kali lipat menjadi US$110 miliar pada 2025. Bank sentral Malaysia pun telah menyampaikan bahwa mereka sedang menyusun kerangka kerja untuk lisensi bank digital. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post