• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi kepada Para Jenderal Myanmar

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
February 19, 2021
in News
2 min read
0
Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi kepada Para Jenderal Myanmar

Militer membubarkan aksi demonstrasi rakyat sipil yang menentang kudeta di Myanmar. Foto: canindianews

2.4k
SHARES
2.4k
VIEWS
53 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, LONDON – Setelah Amerika Serikat (AS), giliran Inggris dan  Kanada menjatuhkan sanksi terhadap para jenderal di Myanmar, pada Kamis (18/2/2021).

Sanksi didasarkan atas pelanggaran hak asasi manusia setelah kudeta militer di negara Asia Tenggara itu.

Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan akan menjatuhkan sanksi pada tiga pejabat junta, termasuk menteri pertahanan dan menteri dalam negeri, dan telah memulai peninjauan untuk menghentikan bisnis Inggris dengan rezim tersebut.

RelatedPosts

Hadapi AS, China Fokus Bangun Pengaruh di Negara Berkembang

Militer Myanmar Ingin Merapat ke AS dan Lepas dari Cengkraman China

Google Donasikan USD25 Juta untuk Pemberdayaan Perempuan di Dunia

Dunia Kutuk Arogansi Aparat Myanmar, Rakyat Sipil Dibantai Seperti Unggas

China: Indonesia Mitra Kunci di Asia Tenggara

“Inggris mengutuk kudeta militer dan penahanan sewenang-wenang terhadap Aung San Suu Kyi dan tokoh politik lainnya,” kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Jumat (19/2/2021).

“Kami bersama sekutu internasional akan meminta pertanggungjawaban militer Myanmar atas pelanggaran hak asasi manusia mereka dan mengejar keadilan bagi rakyat Myanmar,” tambahnya.

Amerika Serikat telah memberikan sanksi kepada para pemimpin Myanmar setelah kudeta 1 Februari. Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau juga mengumumkan daftar sanksi yang lebih luas yang memengaruhi sembilan pejabat di Myanmar.

“Sanksi yang diumumkan merupakan bagian dari tanggapan bersama untuk mengirimkan pesan yang jelas bahwa Kanada tidak akan menerima tindakan militer Myanmar dan pengabaian sepenuhnya atas keinginan serta hak demokrasi rakyat Myanmar,” tegasnya.

Kudeta tersebut mengakhiri satu dekade transisi dari pemerintahan militer langsung di Myanmar dan menyebabkan penangkapan Suu Kyi dan para pemimpin lainnya yang terpilih secara demokratis.

Para jenderal membenarkan perebutan kekuasaan dengan menuduh kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Partai yang dipimpin Aung San Suu Kyi menang secara telak.

Sanksi Inggris diberikan kepada Menteri Pertahanan Jenderal Mya Tun Oo, Menteri Dalam Negeri Letnan Jenderal Soe Htut dan Wakil Menteri Dalam negeri, Letnan Jenderal Than Hlaing.

Pemerintah menunjuk pada peran yang dimainkan para menteri dalam mengarahkan dinas keamanan karena melarang mereka bepergian ke Inggris dan membekukan aset apa pun yang mungkin mereka miliki di Negeri Ratu Elizabeth.

Namun kelompok aktivis Burma Campaign yang berbasis di Inggris mengatakan sanksi itu terbatas pada perjalanan liburan.

“Para pemimpin militer ini tidak akan memiliki aset di Inggris untuk dibekukan, jadi hasil praktis dari jenis sanksi ini adalah bahwa mereka tidak dapat mengambil liburan di Inggris,” ucap Direktur Burma Campaign, Mark Farmaner.

Para menteri luar negeri dari kelompok negara kaya G7 mengatakan dalam pernyataan bersama awal pekan ini bahwa mereka “sangat prihatin” dengan kudeta di Myanmar.

Sementara hingga saat ini rakyat Myanmar tetap turun ke jalan menentang kudeta itu. (ATN)

Tags: Krisis Myanmar
Previous Post

Indonesia Jamin Kepastian Hukum Industri Kripto

Next Post

SEAPAC Dorong Kolaborasi Parlemen Global untuk Berantas Korupsi

Related Posts

Militer Myanmar Ingin Merapat ke AS dan Lepas dari Cengkraman China
News

Militer Myanmar Ingin Merapat ke AS dan Lepas dari Cengkraman China

March 8, 2021
Operasi Dini Hari, Militer Myanmar Tangkap Sejumlah Orang
News

Dunia Kutuk Arogansi Aparat Myanmar, Rakyat Sipil Dibantai Seperti Unggas

March 8, 2021
Krisis Myanmar: Serikat Pekerja Mogok Total, Ekonomi Lumpuh
News

Krisis Myanmar: Serikat Pekerja Mogok Total, Ekonomi Lumpuh

March 8, 2021
Operasi Dini Hari, Militer Myanmar Tangkap Sejumlah Orang
News

Operasi Dini Hari, Militer Myanmar Tangkap Sejumlah Orang

March 7, 2021
Myanmar Kian Membara, 20 Demonstran Terluka Ditembaki Pasukan Keamanan
News

Instabilitas Meningkat, Warga Myanmar Ramai-ramai Minta Perlindungan ke India

March 7, 2021
Amerika Tekan Israel Hentikan Investasi 5G China
News

AS Blacklist Sejumlah Kementerian Myanmar

March 5, 2021
Next Post
SEAPAC Dorong Kolaborasi Parlemen Global untuk Berantas Korupsi

SEAPAC Dorong Kolaborasi Parlemen Global untuk Berantas Korupsi

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Hadapi AS, China Fokus Bangun Pengaruh di Negara Berkembang
  • Graph + AI Summit 2021 Kembali Digelar, Konferensi Terbuka di Industri Akselerasi Analitik dan AI
  • Indonesia Jalin Kemitraan Global Capai Energi Bersih Melalui Proyek ACCESS
  • Militer Myanmar Ingin Merapat ke AS dan Lepas dari Cengkraman China
  • Google Donasikan USD25 Juta untuk Pemberdayaan Perempuan di Dunia
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.