ASIATODAY.ID, JAKARTA – Inggris terus memperluas program ekonomi digital di Indonesia.
Kedutaan Besar Inggris di Jakarta meluncurkan sebuah program bertajuk ESSENCE, yang bertujuan untuk memperluas akses ekonomi digital bagi perempuan, remaja, penyandang disabilitas, dan komunitas rentan lainnya. Program ini menjadi bagian dari UK-Indonesia Tech Hub.
Kedubes Inggris menilai salah satu tantangan dalam ekonomi digital adalah lebih sulitnya perempuan, anak muda, dan komunitas marginal seperti penyandang disabilitas, untuk masuk ekosistem digital. Tantangan lainnya adalah meski dunia digital Indonesia sudah semakin pesat, namun hal itu masih terpusat di Jawa dan Jakarta.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan bisnis saat ini haruslah menyesuaikan dengan New Normal.
“Memberdayakan komunitas terpencil, perempuan dan kelompok terpinggirkan untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi digital bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan. Tetapi salah satu langkah terbaik yang dapat diambil untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan bagi semua,” kata Jenkins melalui siaran persnya, Jumat (26/11/2021).
Inggris bermitra dengan Archipelagic & Island States Forum dan United Nations Development Program (UNDP) untuk menyampaikan program melalui KUMPUL – pembangun ekosistem startup Indonesia, dan Yayasan Semesta Nusantara.
Inggris mendanai pekerjaan untuk program pengembangan kapasitas hybrid yang disebut ESSENCE, bagi lebih dari seribu penerima manfaat untuk mendukung UMKM mereka di wilayah pesisir Indonesia dengan pelatihan pengembangan bisnis.
Program ESSENCE juga bertujuan untuk membantu perempuan, anak muda, penyandang disabilitas terpinggirkan dan pemilik UMKM rentan lain di Indonesia Tengah dan Timur, untuk meningkatkan kemampuan bisnis dan digital mereka melalui inovasi digital.
Program ini dijanjikan akan menguntungkan mereka secara pribadi, dengan mendorong untuk mentransformasikan bisnisnya secara digital.
“Agar tumbuh, dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan seperti bisnis ini tumbuh dan menciptakan kekayaan, kesejahteraan, dan perdagangan,” tulis Kedubes.
Lebih dari seribu orang dari Manado, Palu, Bali, Mandalika, Lombok, Pulau Timor, Sumba, Kupang, Ambon dan Papua dipilih untuk ikut program pelatihan daring selama empat minggu mengenai literasi digital, keterampilan bisnis dan kewirausahaan. Selain itu, mereka juga mendapatkan pelatihan secara offline di Kupang, Lombok atau Manado.
Norimasa Shihomura, Representatif Residen UNDP mengatakan bahwa program ini mampu mendukung UMKM yang terpinggirkan di wilayah pesisir Indonesia, untuk lebih cerdas digital.
“Kita juga memiliki peluang besar untuk mengubah jalur pemulihan kita menjadi model bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan,” kata Shihomura.
Sementara, Direktur Eksekutif Kumpul Faye Scarlet Alund mengatakan, tantangan utama bagi pengusaha di Indonesia, terutama perempuan dan penyandang disabilitas adalah akses.
“Akses untuk bergabung dengan program yang mendukung, pengembangan kapasitas, jaringan, dan ekosistem. Keterbatasan akses diperburuk oleh tantangan geografis. Terutama yang berada di Indonesia bagian tengah dan timur,” kata Faye.
Untuk itu, program ini diharapkan bisa membuktikan bahwa perempuan pengusaha dan penyandang disabilitas, bisa memaksimalkan keterampilan dan pengetahuannya dengan akses dan pendampingan yang tepat. (ATN)
Discussion about this post