ASIATODAY.ID, JAKARTA – Aksi pembakaran dan pengrusakan sejumlah fasilitas oleh massa, baru saja terjadi di kawasan industri PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) Halmahera Tengah, Maluku Utara, pada Jumat (1/5/2020).
Sejumlah fasilitas perusahaan yang dirusak dan dibakar seperti warung, pos, smelter dan salah satu mobil.
Masa aksi yang tergabung dalam Forum Perjuangan Buruh Halteng (FPBH) itu datang dengan mengenakan seragam kerja lengkap dan mengepung kantor HRD perusahaan sejak pukul 07.00 hingga 11.00 WIT. Mereka juga membubarkan karyawan yang sedang beraktivitas seperti di smelter A yang melakukan aktivitas produksi nikel. Beberapa petugas sekuriti juga dilempari.
Untuk diketahui, Kawasan Industri Weda Bay merupakan Kawasan Industri pertama terintegrasi di Indonesia yang diperuntukkan untuk memfasilitasi proses pengolahan mineral dan produksi komponen baterai kendaraan listrik.
Kawasan Industri Weda Bay dikembangkan di Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi Maluku Utara, Indonesia dan sudah memulai konstruksi sejak dilakukan upacara peletakan batu pertama di (Pilling Ceremony) di tahun 2018, yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Ekonomi dan Maritim, Luhut Pandjaitan dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan sejumlah tokoh nasional dan tokoh masyarakat setempat diantaranya CEO PT Aneka Tambang, Gubernur Maluku Utara, Bupati Halmahera Tengah, Sultan Tidore, Kapolda Malut dan pastinya penduduk desa Weda.
PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), merupakan perusahaan patungan dari tiga investor China yaitu Tsingshan, Huayou, dan Zhenshi.
Kawasan industri IWIP menelan total investasi senilai USD10 miliar, yang merupakan realisasi dari perjanjian antara Eramet group (Perancis) dan Tsingshan.
Bersama dengan partner lokal, yaitu PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk di tahun 2018, untuk mengembangkan deposit bijih nikel dan 30kt/Ni Nickel Pig Iron smelter sebagai smelter pertama di dalam Kawasan Industri Weda Bay.
IWIP akan menjadi kawasan industri terpadu pertama di dunia yang akan mengolah sumber daya mineral dari mulut tambang menjadi produk akhir berupa baterai kendaraan listrik dan besi baja. Nantinya di kawasan ini akan dibangun juga untuk pelabuhan serta airpot sebagai penunjang kawasan.
Selain memfasilitasi kegiatan pemurnian logam, kawasan industri ini juga bertujuan untuk menarik berbagai kalangan investor untuk membangun fasilitas pengolahan industry hilir meliputi Nickel Sulfate (NiSO4), NCM/NCA, prekursor, sampai mengasilkan produk akhir berupa Li-ion baterai untuk kendaraan listrik.
Xiang, Presiden Direktur IWIP mengungkapkan, para tenantnya akan berdedikasi untuk memperkenalkan teknologi mutakhir yang berkelanjutan di Indonesia dan akan menjalankan usahanya sesuai dengan kaidah perundanganundangan terhadap perlindungan lingkungan hidup.
“Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi kepentingan masyarakat lokal dan sekaligus perindustrian nasional di Indonesia,” kata Xiang dalam keterangan pers, Kamis (30/8/2018).
Pada tahap awal, nilai investasi yang dikuncurkan sebesar USD5 miliar untuk pembangunan ground breaking kawasan industri ini.
Nantinya investasi ini diharapkan berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi lokal seperti lapangan pekerjaan baru yang dapat menyerap tenaga kerja lokal, pertumbuhan GDP di provinsi dan di kawasan regional, serta meningkatkan laju perkembangan industri secara keseluruhan di wilayah Indonesia bagian timur.
Ke depannya diharapkan Kawasan Industri ini akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang tidak terbatas pada industri hulu dan hilir, tetapi juga menjadi penampung bagi industri penunjang antara lain seperti industri penyuplai hasil pangan ikan, telur, dan lainnya. (ATN)
Discussion about this post