ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav mengalokasikan investasi hingga Rp2,2 triliun pada 2020.
Investasi itu fokus pada penguatan sisi navigasi pada lima destinasi pariwisata super prioritas diantaranya, Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan Likupang di Sulawesi Utara.
“Tahun depan investasi kami sebesar Rp2,2 triliun. Akan kami dedikasikan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mengembangkan lima destinasi super prioritas, termasuk Papua,” terang Direktur AirNav Indonesia Novie Riyanto melalui keterangannya, Senin (9/12/2019).
Selain destinasi super prioritas kata Novie, ada juga bandara yang mendapat perhatian khusus seperti Bandara Silangit di Deli Serdang. Pengembangan infrastruktur navigasi salah satunya adalah pemasangan sistem pendaratan berbasis instrumen (instrument landing system/ILS).
Menurut Novie, dengan adanya ILS membuat pendaratan pesawat menjadi lebih presisi dan akurat. Terlebih, Silangit memiliki kendala cuaca berkabut pada saat pagi, sehingga menyebabkan gangguan pada jarak pandang.
“ILS dapat menjamin pendaratan pesawat bisa dilakukan dalam jarak pandang antara 1.000 meter hingga 500 meter. Hal tersebut bisa dilakukan karena ILS terhubung langsung dengan satelit,” paparnya.
Novie menuturkan pengadaan satu unit ILS tidak membebani alokasi investasi. Nilainya sekitar Rp12 sampai Rp15 miliar per unitnya tergantung konfigurasinya.
Penambahan ILS, juga dilakukan pada Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta Internasional Airport/YIA). Bandara tersebut didesain untuk bisa didarati oleh pesawat jenis apapun.
Lebih jauh Novie menjelaskan, untuk meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat, AirNav akan menambah slot penerbangan di YIA menjadi 25 slot per jam dari kondisi saat ini hanya delapan slot per jam. Penambahan slot tersebut akan ditawarkan kepada maskapai yang berminat.
Kapasitas pergerakan pesawat maksimal di YIA mencapai hingga 40 slot per jam. Artinya, potensi bandara tersebut masih belum mencapai maksimalnya. Kendati demikian, penambahan slot penerbangan diakui tidak bisa dilakukan pada semua bandara lima destinasi super prioritas. Contohnya, Bandara Komodo di Labuan Bajo yang memiliki dimensi landas pacu (runway) terbatas.
“Penambahan slot penerbangan tidak hanya ditentukan berdasarkan dimensi runway, melainkan juga sisi udara yang lain seperti luas apron yang digunakan untuk parking stand pesawat,” imbuhnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post